DAKWAH BANJAR

Sebuah Media Informasi. | مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ |"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya."

Selasa, 28 Februari 2012

Model Konsep Kurikulum


PEMBAHASAN
Model Konsep Kurikulum
Kurikulum mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan kurikulum dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktek pendidikan serta variasi aliran – aliran atau teori pendidikan yang dianut.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Kemudian pemahaman mengenai kurikulum mengalami perkembangan bahwa kurikulum adalah pengalaman belajar. Hal tersebut dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang pendidikan, diantaranya :
1. Ronald C.Doll, mengemukakan bahwa pengalaman merupakan cakupan yang luas. Pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, rumah ataupun masyarakat, berkenaan langsung dengan pelajaran atau tidak. Hal tersebut mencakup berbagai upaya guru dalam terwujudnya pengalaman belajar dengan berbagai fasilitas pendukungnya.

2 .Mauritz Johnson berpendapat bahwa pengalaman belajar akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi tersebut bukan kurikulum, melainkan pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil pengajaran.
3.      Mac. Donald mengemukakan empat subsistem dalam sekolah, yaitu :
-Mengajar, merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang dilakukan oleh guru.
-Belajar, merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai respon terhadap kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh guru.
-Pembelajaran, kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan interaksi belajar mengajar.
-Kurikulum, merupakan suatu rencana yang memberi pedoman dalam proses belajar mengajar.
4.      Robert S. Zais mengemukakan bahwa kurikulum bukan hanya rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi di kelas yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.
5.      Hilda Tabba mengemukakan pendapat bahwa perbedaan kurikulum dan pengajaranbukan pada implementasinya, melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum adalah tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran adalah tujuan jangka pendek.
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
                  Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me­nyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyem purnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
  Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
1.      Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
2.      Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru,
3.      Melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
4.      Mengembangkan sub subteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.
B.        Macam-macam Model Konsep Kurikulum
            1.   Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subyek akademik, merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri, kurikulumnya boleh dikatakan mirip dengan model ini. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang model-model lain, tetapi kebanyakan sekolah tidak dapat melepaskan diri dari model ini. Kurikulum ini menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain.
Ditinjau dari isinya, Sukmadinata (2005:84) mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi empat kelompok besar.
1.      Correlated curriculum. : Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari suatu pelajaran dengan pelajaran lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial dari setiap mata pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan pada konsep pedagogis dan psikologis yang dipelopori oleh Herbart dengan teori asosiasi yang menekankan pada dua hal, yaitu konsentrasi dan korelasi (Ahmad:1998,131).
2.      Unified atau concentrated curriculum : Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam tema-tema pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat pada pembelajaran yang sifatnyatematik.
3.       Integrated curriculum :  Pola organisasi kurikulum ini memperlihatkan warna disiplin ilmu. Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antarpelajaran serta berbagai kegiatan siswa.Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman suatu materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup di lingkungan masyarakat. Ahmad (1998, 39) menyampaikan ciri-ciri kurikulum ini sebagai berikut.
a.   Unit haruslah meruapakan satu kesatuan yang bulat dari seluruh bahan pelajaran.
b.   Unit didasarkan pada kebutuhan anak, baik yang pribadi maupun sosial serta yang bersifat jasmani maupun rohani.
c.   Unit memuat kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
d.   Unit memberikan motivasi sehingga anak dapat berkreasi.
e.   Pelaksanaan unit sering memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan percobaan atau perolehan pengalaman yang membutuhkan waktu lama.
4.      Problem solving curriculum, 
yang berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pada kurikulum model ini, guru cenderung lebih banyak dimaknai sebagai
seseorang yang harus ”digugu” dan ”ditiru”. Menurut Idi (2007:126), ada empat cara dalam menyajikan pelajaran dari kurikulum model subjek akademis.
1.   Materi disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan dari yang lebih mudah hingga ke materi yang lebih sulit.
2.   Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat.
3.   Pendekatan yang digunakan cenderung induktif, yaitu disampaikan dari hal-hal yang bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih spesifik.
4.   Urutan penyajian bersifat kronologis.
Kurikulum ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih bersifat intelektual.
2.                                          Kurikulum Humanistik
Model kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dan pembelajarannya berpusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini.
1.         Karakteristik Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah:
- Adanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa 
Untuk membangun suasana belajar yang baik, hubungan antara guru dan siswa harus pula dibangun seharmonis mungkin, sehingga guru tidak terkesan menakutkan, karena pengaruh psikis sangat mempengaruhi daya tangkap siswa dalam belajar, jika kita lihat fenomena pembelajaran disekolah, ada istilah guru killer ataupun dosen killer, ini merupakan bukti bahwa ternyata masih ada dalam proses pembelajaran yang mana guru atau dosen yang ditakuti oleh para siswa atau mahasiswa, dan berimplikasi terhadap daya tangkap siswa.

-     Integralistik : Maksudnya adalah dalam kurikulum humanistik menekankan kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual ( Kognitif) tetapi juga emosional dan tindakan, ini merupakan komitment dari pendidikan humanis yang mana berupaya untuk mengembalikan pendidikan kepada realitas sosial.
-     Totalitas  : Maksudnya adalah kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh ( totalitas ) , bukan terpenggal – penggal ( parsial )
-     Model Evaluasi : Tidak ada kriteria pencapaian  Seperti yang dijelaskan diatas bahwa kurikulum menekankan totalitas, oleh karena itu dalam model evaluasi yang dilakukan tidak ada kriteria pencapaian, karena kurikulum ini lebih menekankan proses bukan hasil, jika kita melihat fenomena UNAS dalam pendidikan kita di Indonesia, kriteria pencapaian yang diformat dalam UNAS sangat tidak humanis, karena hanya menitik beratkan kepada aspek kognitif sehingga keberhasilan pendidikan hanya di nilai dari angka bukan sikap, walaupun dalam KTSP format penilaian menggunakan aspek sikap. Tentunnya hal ini bertentangan dengan pendidikan humanis yang berorientasi terhadap pengembangan potensi           manusia.


      3.    Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang ihadapi dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu bagaimana berartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Ada beberapa  cirri            dari   desain        kurikulum  ini,    yaitu:
1. Asumsi. : Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosisla adalah mengahadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.

2.   Masalah-maslah sosial yang mendesak.
Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
3.         Pola-pola organisasi.

Pada tingkat sekolah menengah, poal organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah-tengahnya sebagi poros dipilih sesuatu maslah yang menjadi gtema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatavn jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.
Pola desain kurikulum rekonstruksi social
a).        Komponen – komponen Kurikulum Rekonstruksi sosial
a.         Tujuan dan isi Kurikulum
Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah 1. Mengadakan survai 2. Mengadakan study tentang hubungan sebuah program 3. Mengadakan study latar belakang 4. Mengkaji praktek program 5. Memantapkan rencana 6. Mengevaluasi semua rencana.

b.         Metode
Dalam pengajran rekonstruksi social para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Kerja sama antara individu dalam kegitan kelompok, maupun kelompok dalam kegiatan pleno sangat mewarnai metode rekonstruksi social.

c.         Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan akan tetapi evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.

b). Pelaksanaan     Pengajaran    Rekonstruksi                  Sosial
  Pengajaran rekonstruksi social banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, bengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan peternakan, di daerah industry mengembangkan bidang-bidang industry. Paulo freize adalah tokoh yang banyak memberikan kontribusi baik teori maupun praktek dalam pengajaran rekonstruksi social. Di daerah Amerika latin memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakan gerakan budaya akal budi (conscientization). Gerakan ini adalah merupakan suatu proses pendidikan atau pengajaran di mana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima tetapi sebagai pelajar yang aktif. Mereka berusaha membuka diri, memperluas kesadaran tentang realitas social budaya dan dengan segala kemampuannya berupaya mengubah dan meningkatkannya. Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk melihat dan mengatasi hanbatan-hambatan yang dihadapi, meningkatkan kemampuan memcahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan gerakan ini mereka membantu masyarakat memahami fakta-fakta dan masalah-masalah yang dihadapinya dalam konteks kondisi masyarakat mereka.
Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecendrungan (trends) perkembangan. Kecendrunagn utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi ekonomi, politik, social dan budaya. Dalam perkembangan social yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah perkembangan manusia, baik mengidentifikasikan dan menganalisis kecendrungan-kecendrungan tersebut diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu. Dalam pemecahan problemlema social dan membuat kebijaksanaan social diperlukan musyawarah dengan warga masyarakat.
Pandangan rekonstruksi social berkembang karena keyakinannya pada kemampuan manusia untuk membangun dunia yang lebih baik.. juga penekanannya tentang peranan ilmu dalam memcahkan masalah-masalah sosial.

       4.    Teknologi dan Kurikulum
Perkembangan tehnologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu tehnologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah tehnologi sederhana sepert penggunaan apan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajar, komputer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu: 
A.    Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
B.  Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
Pembelajaran pada awalnya bersifat individual, tiap eserta didik menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai kecepatan masing-masing, pada saat tertentu ada tugas-tugas yang bersifat kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan dari program pembelajaran (pembelajaran tuntas).
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai beikut:
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pembelajaran
3. pengetahuan tentang hasil

a.                                                       Organisasi Bahan Ajar
Bahan ajaran atau kompetensi yang luas/besar dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.

b.                                                      Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah; sebagai umpan balik bapesrta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.



A.        Kesimpulan
            Macam-macam Model Konsep Kurikulum
1.                                          Kurikulum subjek akademis
Ditinjau dari isinya, Sukmadinata mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi empat kelompok besar.
1.         Correlated curriculum.
2.         Unified atau concentrated curriculum
3.          Integrated curriculum
4.         Problem solving curriculum
2.                                          Kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis
3.                                          Kurikulum rekonstruksi sosial
Ada beberapa cirri dari desain kurikulum ini,yaitu.:
1.         Asumsi.
2.   Masalah-maslah sosial yang mendesak.
3.         Pola-pola organisasi.
4.                                          Teknologi dan kurikulum
Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu: 
a.                                                                   Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b.                                                                  Metode
c.                                                                   Organisasi Bahan Ajar
d.                                                                  Evaluasi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAKWAH BANJAR | هذا من فضل ربي