BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tujuan
pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan siswa secara Optimal, dengan
kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan
masalah yang dihadapi. Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang
dapat dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari
potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain
sebagai individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat
lepas dari masalah.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa menjadi cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur. Makin maju pendidikan di suatu negara, makin maju pula kehidupan bangsa di negara tersebut. Untuk itulah pemerintah Indonesia terus menerus membenahi dunia pendidikan, sehingga melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23 dan 24 Tahun 2006 mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan memiliki kurikulum tersendiri, yang dikenal dengan istilah “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengamanatkan bahwa struktur kurikulum SMA terdiri dari komponen kelompok mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa :
Pengembangan diri bukan Guru Pembimbing merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstra kurikuler dan pelayanan konseling; dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Pengembangan diri melalui kegiatan konseling difasilitasi oleh, berkenaan dengan masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karir peserta didik.
Pengembangan diri sebenarnya bukan
hal baru bagi Guru Bimbingan dan Konseling (Guru Pembimbing). Selama ini Guru
Bimbingan dan Konseling sebenarnya sudah melakukan kegiatan pelayanan terhadap
peserta didik, yang notabene merupakan kegiatan pengembangan diri. Hal ini
dapat dilihat pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004, dikatakan
bahwa Bimbingan Konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal. Dari
uraian di atas dapat ditarik suatu benang merah bahwa kegiatan pelayanan
Bimbingan dan Konseling mutlak perlu dan harus ada pada setiap satuan
pendidikan. Sesuai dengan penyempurnaan kurikulum serta tuntutan era globalisasi
dituntut Guru Bimbingan dan Konseling yang profesional.
Menyadari
hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak
dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai
institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga
mengembangkan kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang
peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan
lingkungannya.
B.
BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana teori tentang Layanan
bimbingan dan Konseling ?
2. Apa saja jenis dalam
Layanan bimbingan dan Konseling ?
C.
METODE
PENULISAN
Adapun metode penulisan yang
digunakan adalah metode internet browsing dan metode kepustakaan yaitu dengan
mengumpulkan buku-buku yang relevan yang berhubungan dengan pembahasan tahap
perkembangan psikis anak dalam hubungannya dengan belajar.
D.
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pada
makalah ini adalah:
1. Mengetahui teori tentang
Layanan bimbingan dan Konseling
2. Mengetahui jenis yang
ada dalam Layanan bimbingan Konseling
BAB II
PEMBAHASAN
“LAYANAN BIMBINGAN
DAN KONSELING”
A.
PENGERTIAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan
dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan
merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa
makna. Sertzer & Stone menemukakan bahwa guidance berasal kata guide
yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan,
menentukan, mengatur, atau mengemudikan). Prayitno dan Erman Amti mengemukakan
bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya
sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sementara. Winkel mendefenisikan
bimbingan:
(1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan
pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri,
(2) suatu
cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan
secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan
pribadinya,
(3) sejenis pelayanan kepada individu-individu agar
mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun
rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan
memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup,
(4) suatu proses pemberian bantuan atau
pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan
pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.
Djumhur dan
Moh. Surya, berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan
yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self
understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan
untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan
dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam
mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan
masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan”.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan
pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan
norma-norma yang berlaku. Sedangkan
konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu,
Winkel mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan
agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan
atau masalah khusus.
Beberapa
pengertian bimbingan diantaranya Jones mengatakan guidance is the help given
by one person to another in making choice and justment and in solving problems.
Pengertian ini mengandung maksud bahwa pembimbing hanya bertugas membantu agar
individu mampu membantu dirinya sendiri dan keputusan terakhir tergantung pada
individu yang bersangkutan. Rochman
Natawidjaja: bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan. Supaya individu dapat memahami dirinya dan
dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Bimo Walgito: bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya agar
dapat menyesuaikan kesejahteraan hidupnya.
Dari
definisi di atas disimpulkan bahwa bimbingan merupakan (a) proses yang
berkesinambungan, (b) proses membantu individu, (c) bertujuan agar individu
dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya
dan (d) tujuan utamanya agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan
lingkungannya. Dan konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah
usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien. Istilah konseling sering diartikan
sebagai penyuluhan, walaupun sebenarnya kurang tepat. Untuk menekankan
kekhususannya digunakan istilah bimbingan dan konseling. Kegiatan-kegiatan
konseling mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya dilaksanakan secara
individual
2. Pada umumnya dilaksanakan dalam
suatu perjumpaan tatap muka
3. Dibutuhkan orang yang ahli
4. Tujuan diarahkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien.
5. Klien pada akhirnya mampu
memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri.
B.
JENIS - JENIS
LAYANAN
Prayitno, menjelaskan bahwa layanan
BK mencakup sembilan jenis layanan, yaitu:
1) Layanan Orientasi
Layanan
orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan
yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien
dalam lingkungan baru tersebut.
2) Layanan Informasi
Layanan
informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami
berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan
penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien
memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
4) Layanan Penguasaan Konten
Layanan
penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan
diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran
yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek
tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5) Layanan Konseling Individual
Konseling
individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien mengalami
kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta
bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan
pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang
normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan, pekerjaan
dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat
disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah
menyadari kehidupan pribadinya.
6) Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan
kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada
diri konseli/klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian
informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah
sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
7) Layanan Konseling Kelompok
Strategi
berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling
kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan,
konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
8) Layanan Mediasi
Layanan
mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau
perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan
konselor sebagai mediator.
9) Layanan Konsultasi
Pengertian
konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan
teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta
didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan
layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung
melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
C.
BIDANG LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
Terdapat empat bidang layanan bimbingan
dan konseling yang menjadi ruang lingkup pelayanan. Keempat bidang tersebut adalah:
- Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi
dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik
kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
- Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya,
anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
- Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka
mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
- Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih
dan mengambil keputusan karir.
Layanan
bimbingan dan konseling berorientasi pada perkembangan individu. Berdasarkan
atas hal tersebut, layanan bimbingan konseling disekolah akan menekankan pada
1) orientasi individual, 2) orientasi perkembangan siswa dan 3) orientasi
permasalahan yang dihadapi.
1.
Orientasi
individual
Tiap
individu berbeda, didasarkan atas latar belakang pengalaman dan sifat
kepribadian yang dimiliki. Hal ini harus menjadi perhatian yang besar dalam
memberikan konseling karena perbedaan dasar ini akan mempengaruhi cara
konseling dan cara menganalisis masalah.
2.
Orientasi
perkembangan siswa
Tiap
individu dalam tahapan usia tertentu memiliki tugas perkembangan. Pencapaian
tugas perkembangan merupakan tolak ukur dalam mendeteksi permasalahan klien.
Bertolak dari hal ini konselor dapat mendiagnosis sumber timbulnya permasalahan
klien agar pemecahan masalah berlangsung dengan efektif dan efisien.
3.
Orientasi
permasalahan yang dihadapi
Proses
konseling harus berfokus pada permasalahan yang saat ini dihadapi klien. Hal
ini berkaitan dengan asas kekinian. Konselor harus arif dan bijaksana
menanggapi klien dan mengarahkan situasi pada arah sasaran yang dituju untuk
memecahkan masalah klien.
.
D.
ASAS – ASAS
DALAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Asas adalah segala
hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut Prayitno ada
beberapa asas yang harus diperhatikan:
1. Asas kerahasiaan
Asas
ini merupakan asas kunci, karena klien mampu mengungkap masalahnya pada orang
yang dipercaya klien. Dengan adanya keterbukan masalah akan dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Asas keterbukaan
Asas
ini didasarkan atas asas kerahasiaan. Klien dan konselor perlu suasana
keterbukaan untuk mengungkapkan perasaan, pemikiran dan keinginan yang
berkaitan dengan permasalahan yang ingin diselesaikan.
3. Asas kesukarelaan
Asas
ini lebih terkait dengan pribadi konselor. Konselor perlu memiliki sikap
sukarela dalam membantu menyelesaikan permasalahan klien. Dengan sikap sukarela
dari konselor klien akan dengan sukarela pula menceritakan dan mencari solusi
atas permasalahannya.
4. Asas kekinian
Fokus
pemecahan permasalahan klien adalah pada masa saat ini. Apa yang saat ini
dirasakan dan menjadi permasalahan klien adalah hal yang perlu diselesaikan
dalam pertemuan konseling.
5. Asas kegiatan
Konseling
dapat berlangsung baik apabila klien mau melaksanakan tugas yang diberikan.
Konselor hendaknya mampu memotivasi klien melakukan kegiatan yang disarankan
dalam sesi konseling demi tujuan penyelesaian masalah klien.
6. Asas kedinamisan
Dinamis
merupakan perubahan menuju pada kemajuan yang terjadi pada klien. Konselor hrus
memberikan layanan yang sesuai dengan sifat keunikan tiap individu demi
perubahan ke arah perkembangan pribadi yang lebih baik.
7. Asas keterpaduan
Dalam
pemberian layanan, konselor perlu memperhatikan aspek kepribadian klien yang
diarahkan untuk mencapai keharmonisan dan keterpaduan. Keterpaduan ini
berkaitan dengan aspek klien maupun mengenai keterpaduan isi dan proses
layanan.
8. Asas kenormatifan
Usaha
layanan tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlalu sehingga tidak
terjadi penolakan dari pihak yang dibimbing. Asas ini berkaitan dengan proses
dan saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling.
9. Asas keahlian
Proses
konseling harus dilakukan dengan profesional dan oleh orang yang profesional
yang menntut ketrampilan khusus dan terlatih untuk melakukan konseling.
10. Asas alih tangan
Asas
ini bertujuan agar tidak terjadi pemberian layanan yang tidak tepat. Bila
permasalahan klien perlu penanganan dari ahli yang lain maka pengalihtanganan
kepada pihak yang lebih ahli perlu dilaksanakan.
11. Asas tut wuri handayani
Makna
layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berkaitan dengan permasalahan saat
tertentu melainkan makna tersebut tetap dirasakan oleh klien pada masa yang akan
datang.
Walaupun
secara materi pelayanan tidak sama pada Kurikulum Tahun 2004 ataupun Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat dikelompokan
pada pengembangan diri bidang akademik, non akademik, serta psikologis.
1.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
pada Pengembangan Diri Bidang Akademik
Guru Bimbingan dan Konseling tidak mengajar pada kelompok mata pelajaran, namun
demikian bukan berarti mereka tidak memiliki peranan pada bidang akademik.
Justru Guru Bimbingan dan Konseling dapat menjadi penunjang keberhasilan siswa
pada bidang akademik. Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada bidang akademik
dimulai dari saat pertama peserta didik memasuki sekolah, dengan tujuan agar
siswa dapat mengembangkan potensi dirinya pada bidang akademik. Pada Masa Orientasi Siswa (MOS) Guru
Bimbingan dan Konseling memberikan pelayanan dalam bentuk pemberian informasi
tentang kurikulum, antara lain: macam-macam mata pelajaran yang akan diikuti
oleh peserta didik selama satu (1) tahun pembelajaran, persyaratan nilai yang
harus dipenuhi, sarana prasarana, (perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain),
struktur organisasi sekolah, personil sekolah dan sebagainya, yang dapat
menunjang keberhasilan pengembangan diri siswa pada bidang akademik. Setelah proses pembelajaran berlangsung,
pelayanan Bimbingan Konseling pada bidang akademik adalah bimbingan belajar,
penempatan dan penyaluran, serta bagi siswa yang duduk di SMA kelas sepuluh (X)
semester dua (2) dilakukan penjurusan. Untuk penjurusan Guru Bimbingan dan
Konseling bekerjasama dengan biro psikologi yang melaksanakan tes IQ ( tes
kecerdasan), agar penjurusan sesuai dengan bakat, minat serta tingkat
kecerdasan siswa. Pelayanan Bimbingan
Konseling pada bidang akademik untuk siswas SMA kelas XII lebih mengarah kepada
pengembangan karier, meliputi informasi berbagai macam jurusan di perguruan
tinggi, persyaratan untuk memsukinyaa serta prospek masa depan dari perguruan
tinggi tersebut. Disamping itu berbagai macam jabatan serta persyaratannya juga
merupakan informasi penting yang diberikan oleh pelayanan Bimbingan dan
Konseling bagi siswa di SMA kelas XII. Bagi siswa yang mengalami kesulitan pada
bidang akademik (baik untuk kelas X, XI maupun XII), Guru Bimbingan dan
Konseling melakukan konseling individual maupun konseling kelompok. Konseling
yang dilakukan biasanya mengenai masalah belajar yang baik, cara membagi waktu,
pemilihan jurusan yang sesuai dengan bakat dan minat, cara mengatasi kesulitan
belajar, masalah kehadiran siswa di kelas, merencanakan masa depan, dan
sebagainya. Dalam menangani masalah
kesulitan belajar, Guru Bimbingan dan Konseling bekerjasama dengan guru bidang
studi, termasuk untuk pelayanan remedial.
2.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
pada Pengembangan Diri Bidang Non Akademik
Disamping pada bidang akademik, pelayanan Bimbingan dan Konseling juga
dilaksanakan pada bidang non akademik. Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk
mengembangkan potensi siswa pada bidang non akademik, sehingga bakat maupun
minat peserta didik dapat berkembang secara optimal. Pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS) Guru
Bimbingan dan Konseling bekerjasama dengan kesiswaan menyebarkan angket minat
untuk siswa baru pada bidang non akademik, khususnya untuk kegiatan ekstra
kurikuler. Angket tersebut sudah disusun berdasarkan identifikasi kebutuhan
siswa, dengan patokan tahun sebelumnya. Kemudian angket tersebut dianalisa
serta disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan sekolah dengan menggunakan
analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats). Kegiatan serupa
dilaksanakan untuk peserta didik kelas XI dan XII, dengan pertimbangan apakah
mereka akan tetap mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang sama atau akan
berubah/pindah ke kegiatan ekstra kurikuler yang lain. Pelayanan Bimbingan dan
Konseling selanjutnya adalah konseling individual/kelompok bagi siswa yang
memiliki masalah dengan kegiatan ekstra kurikuler yang sedang dijalaninya.
3.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
pada Pengembangan Diri Bidang Psikologis
Pemahaman aspek psikologis siswa pada institusi pendidikan memiliki kontribusi
yang sangat berarti dalam pengembangan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa yang unik dilihat dari
segi perilaku, kepribadian, sikap, minat motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir,
intelegensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis yang berbeda antara siswa
yang satu dengan yang lain.
Tidak ada dua individu yang sama. Perbedaan karakteristik psikologis siswa
harus dipahami oleh semua guru. Namun kenyataan tidak semua guru dapat
memperhatikan hal tersebut, apalagi guru mata pelajaran yang sering kali
dikejar dengan target kurikulum yang harus dipenuhi. Pelayanan Bimbingan dan
Konseling pada bidang psikologis meliputi pengembangan pribadi siswa pada
bidang psikologis seperti pemahaman terhadap diri sendiri, konsep diri, minat,
bakat, kemampuan, sikap, sifat dan sebagainya. Pelayanan ini bertujuan agar
siswa lebih memahami dirinya, sehingga dapat berkembang sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bimbingan
merupakan (a) proses yang berkesinambungan, (b) proses membantu individu, (c)
bertujuan agar individu dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara
optimal sesuai kemampuannya dan (d) tujuan utamanya agar individu memahami diri
dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Dan konseling di atas dapat dipahami
bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan
tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai
persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang
dihadapi oleh konseli/klien. Istilah
konseling sering diartikan sebagai penyuluhan, walaupun sebenarnya kurang
tepat. Untuk menekankan kekhususannya digunakan istilah bimbingan dan konseling.
Prayitno,
menjelaskan bahwa layanan BK mencakup sembilan jenis layanan, yaitu:
1. Layanan Orientasi
2. Layanan Informasi
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
4. Layanan Penguasaan Konten
5. Layanan Konseling Individual
6. Layanan Bimbingan Kelompok
7. Layanan Konseling Kelompok
8. Layanan Mediasi
9. Layanan Konsultasi
Terdapat empat bidang layanan bimbingan
dan konseling yang menjadi ruang lingkup pelayanan. Keempat bidang tersebut adalah:
- Pengembangan kehidupan pribadi
- Pengembangan kehidupan sosial
- Pengembangan kemampuan belajar
- Pengembangan karir
Layanan
bimbingan dan konseling berorientasi pada perkembangan individu. Berdasarkan
atas hal tersebut, layanan bimbingan konseling disekolah akan menekankan pada
1) orientasi individual, 2) orientasi perkembangan siswa dan 3) orientasi
permasalahan yang dihadapi.
1.
Orientasi
individual
2.
Orientasi
perkembangan siswa
3.
Orientasi
permasalahan yang dihadapi
Asas adalah
segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut
Prayitno ada beberapa asas yang harus diperhatikan:
1. Asas kerahasiaan
2. Asas keterbukaan
3. Asas kesukarelaan
4. Asas kekinian
5. Asas kegiatan
6. Asas kedinamisan
7. Asas keterpaduan
8. Asas kenormatifan
9. Asas keahlian
10. Asas alih tangan
11. Asas tut wuri handayani
Bimbingan
dan konseling merupakan proses yang berkesinambungan dalam membantu individu
agar dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai
kemampuannya dan agar individu memahami diri dan menyesuaikan dengan
lingkungannya. Di sekolah, bimbingan dan konseling secara tidak langsung
menunjang tujuan pendidikan dengan menangani masalah dan memberikan layanan
secara khusus pada siswa, agar siswa dapat mengembangkan dirinya secara penuh.
Diperlukan paradigma yang sama dari
berbagai pihak tentang konsep belajar
Bimbingan dan konseling yang memiliki
peran sentral perlu sosok yang mampu berfungsi sebagai agen perubahan (change
agent), yang dapat mengintegrasikan berbagai profile guru, peserta didik
disamping profile dirinya sendiri. Peluang bagi bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan ktreativitas dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna sangat
terbuka luas.
B.
SARAN
Guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya terus menerus belajar agar
memiliki pengetahuan yang memadai, keberanian dan keuletan yang ditunjang oleh
kemampuan berkomunikasi serta kepribadian yang dapat diteladani Guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya
menyusun dan melaksanakan program kegiatan yang dapat mengembangkan potensi
siswa, baik bidang akademik, non akademik dan psikologis melalui pembelajaran
yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita,
2005, Psikologi Perkembangan. PT.
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Muhibbin
syah, 2010, Psikologi Pendidikan,
PT.Remaja Rosdakarya: Bandung.
Jalaluddin
dan Ramayulis, 1998, Pengantar Ilmu Jiwa
Agama, Kalam Mulia: Jakarta Pusat.
Djumhar dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV
Ilmu.
Prayitno dan Erman Amti. 2004.
Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.
Winkel, W.S,.2005. Bimbingan dan
Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakart a: Gramedia
Slameto, Evaluasi Pendidikan., Jakarta, PT.
Bumi Aksara 2001
Djiwandono
Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002.
Juntika, A.
& Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta:
Grasindo.
Yusuf,
Syamsu LN, dan Juntika, A. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar