DAKWAH BANJAR

Sebuah Media Informasi. | مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ |"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya."

Minggu, 20 April 2025

SANGGAR ARRUMI TELAH BERUBAH (cerita dalam berita)

 

SANGGAR ARRUMI TELAH BERUBAH

(cerita dalam berita)


Disaat sekretariat sedang sepi hanya terlihat beberapa properti-properti sedang merenungi nasibnya, bagaimana kelanjutan hidupnya, apakah tetap sebagai penghuni tetap ataukah berakhir didalam bak sampah. Terbang Kandur pun merasa ia adalah yang paling malang diantara semua saudaranya, dia yang paling tua diantara properti-properti yang lain, tapi hingga kini tak ada yang pernah menyentuhnya lagi, sutera gendang lawa berhias mutiara-mutiara debu telah lama setia berselendang mesra disetiap permukaan tubuhnya. hitungan jari pun tak bisa menjumlahkan betapa lamanya ia tak pernah dihiraukan lagi. sungguh tragis nasibnya, "dulu disayang sekarang aku hanyalah seonggok kulit kambing yang kendur" ucapnya. Tak sampai disitu ia adalah tempat keluhan bagi seluruh saudaranya, hampir tiap hari ia setia mendengarkan semua caci maki. acap kali itu menjadi sarapannya tiap hari.

Sekretariat Gedung 2  : Jumbuh (orange), Tuki (ungu), Mangker (cokelat), Guru Udin (Singlet putih)

 

Sebuah senyuman tersungging dari mulut seorang yang berada di sekretariat Sanggar Arrumi (SAR), beberapa saat yang lalu membayangkan semua properti-properti yang di sekre itu berbicara satu sama lain, memang terlalu jauh ia memikirkan hingga terlalu dalam berimajinasi, akan tetapi dari situlah senyumannya bisa terangkat. Udin Tang-tang panggilan akrab dari seluruh dangsanak yang menjabat sebagai ketua dari organisasi ini. Ia yang selalu tersenyum dalam kesendirian pengapnya sarang naga sembari menyelam dalam imajinasi tak berbatas. ia baringkan tubuhnya diatas tilam busa yang tipis (hasil penjarahan Bang Mangker dari Sekolah TK tempat dia bekerja)

Letaknya pun sudah tak beraturan berbantalkan buntalan tapih yang berisi baju-baju bekas, disekitarnya berserakan baju-baju kada betapas, puntung rokok beserta abunya yang tak pernah mau pindah dari asbak yang sudah penuh hingga beberapa darinya pun terlihat disisi-sisi dinding. entah mungkin ada yang tidak tahu ada asbak ditengah ruangan itu, atau mungkin dengan sengaja mematikan rokoknya disitu. dua kemungkinan itu 50:50 dilakukan oleh penunggu sarang naga. senyuman sadank kembali terangkat melihat keadaan tersebut, masih terngiang dalam pikirannya kata-kata yang sering diucapkannya kepada beberapa tatuha "mun sekre rigat berarti urangnya ada toe". "hehehehehe" terdengar suara tawa kecil keluar dari mulutnya.

 

 Ia masih merebahkan tubuhnya diatas tilam butut, tak berapa lama derap langkah kaki semakin mendekat dari luar ruangan itu, hingga nampaklah batang hidung seseorang yang dikenalnya. Farhan loneng dengan sebatang rokok mild yang diselipkan diantara jari tengah dan telunjuknya. dia mendekati sembari menghembuskan asap rokoknya kedepan mukanya. "sabaknya lah sekre, wayahpa ba'angkut nah"ucap farhan, "iyam nah, kayapakah nie, barang sing banyakan muat juakah tue sekre lah, bilang nangkaya lubang kuburan lalu, tapi sapalih sudah kuangkuti pang lawan awi(Prejudes) dan Indera (H.Udin),nangkaya lemari cuba itihi disekre hanyar, jadi kita tinggal membuati haja lagi, barang-banrang yang halusnya” balas sadank. “mun kaitu, baik kita angkuti lagi barang yang ada jadi kada tapi abut lagi nangae” “oeh wahinian kah nang nah, auk meambil arko dulu supaya nyaman baangkut”. 

Hilir mudik mereka berdua mengangkut properti sanggar Ar Rumi, dan sedikt tersisa tinggal barang yang besar-besar.  Sengaja memang disisakan untuk anggota yang lain agar bisa saling berbagi penderitaan yang merupakan kenikmatan dari rasa dimalam ini.

Minggu pagi kembali membuka buku catatannya seperti biasa, lukisan panorama shubuh telah merona dengan goresan kuas melukis bumi dengan cahaya mentari diawal dhuha. Sambil merasakan tausiah burung-burung pipit yang berada diatas dahan kariwaya. Tak lupa kumandang ayam yang kesiangan sayup-sayup masih menggema. Dibalik semua itu, aku masih terjaga dengan layar notebook menulis cerita yang membahana di alam hayal pagi. Ku buka kembali jendela Facebook, ku baca sebuah tulisan beraroma perintah yang terketik tak beraturan didinding grup tertutup. Kubaca setiap karya sastra dingsanak-dingsanakku dari hasil pertemuan jari tangan dengan keypad selulernya. Aku hanya tersenyum dengan semua karya tulisan yang saling bersahutan, beradu argument dengan gaya mengangkat muka tapi itulah hanya imajinasku menafsirkan tiap-tiap kalimat. “nanti saja ku koment hanya untuk menyimak saja” menurutku.

Kututup lagi layar notebookku kemudian kuambil Handphoneku yang unik yang baterainya sudah Low. Kulihat beberapa dingsanak yang lain membalas pesan yang kukirim ditengan malam saat manusia sedang menikmati mimpinya masing-masing. Secara seksama ku baca satu-persatu, aku tersenyum lagi. Bukan senyum ejekan, tapi senyuman kebahagiaan akan adanya perhatian dari orang yang kukirimi pesan. Aku pun duduk diantara akar-akar pohon kariwaya yang menggantung ditiap dahan, Ya Pohon kariwaya yang hidup ditengah kampus, menjadi hak paten sebagai Base Area sekaligus tempat nongkrong dari anak-anak UKM-MAHIPA. Karena memang hampir tiap malam meraka ngobrol disana dan Sanggar Arrumi pun terkadang ikut nimbrung ditempat itu.  Tak ayal tempat itu juga menjadi tempat nongkrong bersama para penghuni sekretariat.



Cempaka-Lukaas. Senin Pagi memandang kosong kearah lapangan bola didepan rumahku, tak lupa kopi tanpa gula yang kubuat kuhirup pelan, kecut mukaku terlihat seandainya ada cermin pada saat itu, rokok kretek yang jarang ku isap akhirnya pun ternyalakan juga. Kuhisap lalu ku hembuskan asapnya kesamping. Tanggg..tanggg..tanggg, bunyi keras dari handphone yang berada di kantong celana jeans sobek secara sengaja didaerah lutut. “ah misscall ternyata”, tak berapa lama terdengar lagi bunyi tanda ada pesan yang masuk. “tum u kda trun lah, u auran nah,  mkirakan kul haja u mauk. Jadi u absen ja hrne. U acc aj toeh by *****” . mungkin terjemahnya seperti ini "ketum ulun kada turun lah, ulun auran nah, mikirakan kuliah aja ulun mauk, jadi ulun absen aja hari ini, ulun accept aja tuh"., aku hanya diam saja dan tak membalas sms nya. “terimakasih balasanmu cukup membahagiakan hatiku” ucapku dalam hati.

 

Jam sudah menunjukkan 14.45 Wita, aku memacu vespa matikku dengan pelan. Banjarbaru kutinggalkan sementara untuk menemui martapura. “tenanglah Banjarbaru, nanti malam kau akan kudatangi, untuk bercinta ditengah malam dengan materi ilmiah yang terbaru mengulas puisi-puisi politik tentang maraknya praktek korupsi” bubuhku di hati. Tungganganku kemudian ku hentikan dan kumatikan mesinnya karena aku telah sampai didepan rumahku si sarang naga yang dindingnya sudah bungkas beberapa, sebab tadi pagi kutendang saja dinding itu, ku bongkar pipi triplek dengan linggis yang kudapat di eks-mushalla. Yunani Vandano berdiri didepan pintu memakai sarung hingga batas lututnya layaknya orang memaki handuk sehabis mandi. Pandangannya tajam kearahku dengan seringai senyum, terlihat rapat giginya dan terlihat taring yang mencuat tumbuh tepat digusi bagian atasnya. “ada bisi rokok kah pian bang” “nah pas banar habis nah, nukar gin dulu, tuh ambil duitnya didalam tas”. Sahutku.

Mangker dengan memakai Kliwang hitam, memang sebuah sinkronisasi antara kulit dan bajunya menurutku diriingi senyumku yang mengembang. Ia sibuk mengumpul baju-baju yang ada disarang naga. Berantakannya sarang itu sangat terlihat dimataku, dipojok-pojok ruang terkumpul kertas yang dgumpal, sampah-sampah.”ker buati bajunya tuh dalam tas hijau panjang nie nah, jadi kaina tinggal pilihi ja lagi yang bagus wan kadanya. “okey bang” ucapnya dengan semangat yang menggebu-gebu, sebuah semangat yang bisa membangkitkan semangatku juga. Tak lupa Obol dan Lajau yang baru datang segera membantu Mangker untuk membereskan properti yang dianggap penting. Codet dan Muas yang sejak lama telah berada di dalam sekretariat akhirnya ikut dalam dendang suasana bekerja sama sesama dingsanak “banyak belum tentu selesai, sedikit tapi kesungguhannya nyata, itulah yang dibutuhkkan saat ini”. Ucapku dalam hati lagi. Tiga orang bidadari arrumi pun turut serta membantu mereka semua, Alfiah penyok, Helda Galem dan Ridha Rempe walaupun mereka wanita, tapi niat mereka yang dengan ikhlas membantu, cukuplah sebuah kebanggaan dalam satu rasa padingsanakan dalam sebuah organisasi. Hingga adzan ashar pun menggelora diseluruh jagad raya ini. Ku perintahkan agar semua kegiatan dihentikan. “uy sadang sudah, kita bakumpulan gedung Sekretariat baru tingkat dua, banyak yang handak dipandirakan”.  MB, OSPEK, dan yang terutama PINDAHAN, beberapa seniman banjarbaru ingin melatih baca puisi, sebuah tawaran yang disuguhkan kepadaku saat aku measah muha seperti biasa ditengah malam, dan luar biasanya mereka hendak melatih tanpa ada imbalan apapun, dengan  harapan latihan ini akan ditampilan pada acara Poetry in Action Jum’at malam, 28 Juni 2013, sebuah agenda bulanan yang dilaksanakan dewan Kesenian Banjarbaru memberikan mengenai seni dan Kebudayaan.

 

Sekre Baru?

Pembicaraan yang panjang sepanjang satu babak dalam permainan sepak bola telah selesai, ditutup gelegar teriakan Mangker yang menyeruak keseluruh gedung itu. Seluruh peserta pun mengahambur tak berarah, karena memang sudah berbagi tugas, ada yang mengangkut sisa-sisa barang yang tersisa di sarang naga, ada masih sibuk dengan dinding beton dan palu ditangannya, H.Udin pun tak luput pula ia disuguhkan papan dan meja yang akan dibuat Box besar untuk menaruh barang yang kira-kira jarang dipakai, Obol , Vandano, dan Mangker serta beberapa anggota yang lain bergantian membawa barang-barang yang lumayan banyak masih tersisa. Sedangkan aku, Codet, Rempe dan Penyok masih setia disebuah ruang yang luasnya kurang lebih seperti lubang kuburan, aku berdiri diatas sebuah meja, sambil memegang sebuah besi penyangga yang lumayan berat. Codet dan Muaas dengan sigap membongkar baut yang menyambungkan besi penyangga dengan besi yang lainnya.

 

Magrib hampir beberapa menit sudah berlalu, aku masih saja disibukkan dengan menumpuknya barang-barang yang banyak, tak terhitung berapa kali aku naik turun tangga hanya untuk mengambil barang inventaris dan kemudian menyusunnya dengan rapi, dan kebetulan besi penyangga telah selesai kupasang didinding atas dalam ruangan itu, agar nantinya barang lebih efisien diletakkan diatas sehingga tidak begitu berjejalan. Aku kemudian keluar, untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh yang lain. Dari kejauhan Nampak sebuah cahaya menerangi sarang naga, padahalkan kondisi gedung sarang naga pada saat itu listriknya sudah diputus oleh Macan Kopma. “ah pasti ini gawian H.Udin pulang maulah lampu sorot sorongonan”ujarku. Kulihat Mangker disibukkan dengan dinding sarang naga yang sengaja ia bongkar, H.Udin masih tetap dengan kotak kesayangannya, Yunani Vandano yang sesekali terdengar hiyutan hingus  dari hidungnya karena memang pada saat itu ia memang kurang sehat, tapi ia tetap tak mau berhenti bekerja serta muas asik memungut barang-barang kecil yang sekiranya masih digunakan, kupandang tiap lekuk tubuh si Sarang Naga. Penuh lobang mungkin karena terjangan keras dari kakiku tadi pagi, atau mungkin juga bekas terjangan yang lain.  Kunyalakan rokok sembari melihat mereka yang sedang bekerja, aku hanya duduk, karena badanku memang sudah terasa sangat letih.

 

Dari kejauhan kulihat ada kuda hitam dari luar area kampus sedang mendekati kami, kulihat jelas dari sorot matanya yang berwarna kuning terang dan sangat menyilaukan mataku, aku pun sontak menutup mataku dengan telapak kananku. Kuda  hitam itu pun tepat berada disampingku yang duduk diatas bangku dibawah pohon kariwaya. “umay raminya aey.” “Jumbuhhhhhhhhhh…imak jaka bantui buhannya tu nah” “handakai aku membantui tapi aku gagaringan nah”, ucapnya. Aku memang melihat kondisinya pada saat itu memang dalam keadaan sakit, jadi aku tidak memaksanya untuk bekerja rodi kepadaku. Akhirnya semua barang telah selesai dibawa kegedung baru yang berlantai tiga. Akupun juga telah selesai menyusun rapi tiap-tiap barang yang dikumpulkan oleh mereka. Memang masih ada beberapa barang yang memang belum tersusun rapi karena kondisi tubuh kami pada saat itu memang terlihat sangat kauyuhan. Jam 10.17 akhirnya pekerjaan itu telas selesai kami laksankan mungkin tanpa bantuan dari anggota seperti, Vandano dengan tapih separohnya, Muas dengan suara pelannya, Obol dengan celoteh tak karuannya, Mangker dengan over aktingnya, Codet yang tak pernah dari layar handphone serta H.udin dengan bemper giginya yang begitu memukau. Malam ini kami bekerja keras, walaupun hasil belum begitu  memuaskan, tapi bagiku itu sudah sangat luar biasa, inventaris Sanggar ArRumi yang begitu banyak akhirnya muat semua kedalam lubang kuburan yang akan kami tempati. Mereka pun akhirnya kembali keperaduan masing-masing, dan aku bediri tepat didepan lawang memandang kearah lubang kuburan, beberapa menit aku pandangi seisi ruang yang agak berjejalan dengan peralatan-peralatan. Aku tersenyum melihat keadaan itu, kemudian aku tertawa kecil. Dan aku berucap dalam hati

 lubang kuburan tunggulah saar yang tepat, sekarang kau akan tahu bagaimana nantinya kamu akan kurubah kembali seperti yang dahulu, ya kembali menjadi sarang naga, hahahahah,, berantakan itulah tanda ada kehidupan, hahahahahah,,SARANG NAGAAAAAAAAAAAA”

 Lampu Padam.!












Seisi ruangan gelap gulita, tak ada cahaya sedikit pun. Ternyata lampu itu memang sengaja dimatikan oleh Macan Kopma, masih kuingat kata-katanya terakhir dengan logat jawanya yang kental. “Ahhh, Sudah Malam, Mau dikunci Pintunya”.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

- tamat -

Sadang Maantara Rumi "Beruhuy Loekaas" 


            Video Jadul Sanggar Ar Rumi

Video Jadul Sanggar Ar Rumi 2

Video Jadul Sanggar Ar Rumi 3

Video Jadul Sanggar Ar Rumi 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAKWAH BANJAR | هذا من فضل ربي