DAKWAH BANJAR

Sebuah Media Informasi. | مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ |"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya."

Senin, 19 April 2021

STRATEGI PEMBELAJARAN KITABAH | MAKALAH

 

BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Dalam mempelajari bahasa tidak terkecuali bahasa Arab, salah satu kemahiran yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja adalah kemahiran menulis (Maharah al-Kitabah). Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa  dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan ekspresi dalam bentuk tulisan walaupun menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, tetapi dalam proses pembelajaran  tidak mungkin dipisahkan dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti mendengarkan, berbicara dan membaca. Keempat keterampilan berbahasa itu harus saling melengkapi[1]

Di sisi lain, ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya.

Kemahiran menulis dikatakan sebagai sesuatu yang tidak dapat dikesampingkan atau dengan kata lain merupakan sesuatu yang penting mengingat kemahiran menulis berkaitan erat dengan kegiatan penyampaian pesan baik berupa gagasan, perasaan ataupun informasi kepada pihak lain, oleh karena itu kegiatan tersebut merupakan bagian dari kegaiatan berbahasa[2].

Sebagai salah satu aspek dari beberapa aspek kemahiran berbahasa , menulis dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang sangat kompleks, sebab terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta kemampuan dalam konteks menyajikan tulisan dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan yang berbeda-beda[3]. Dalam  hal ini Syamsuddin Asyrofi menyatakan, setidaknya ada dua aspek yang dalam kegiatan menulis ini, yaitu kemahiran dalam membentuk huruf dan menguasai ejaan, dan kemahiran melahirkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulian berbahasa khususnya bahasa Arab. Artinya, di balik kerumitannya tersebut, kemahiran menulis memiliki manfaat besar dalam rangka sebagai pendukung penting kegiatan berbahasa, khususnya kontribusinya dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas untuk menemukan, mengumpulkan, mengolah dan menata informasi yang kemudian tersajikan dalam bentuk tulisan bermutu.

 

B.     BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1.      Bagaimana teori tentang strategi pembelajaran kitabah ?

2.      Bagaimana model rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran kitabah ?

 

C.    METODE PENULISAN

Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode internet browsing dan metode kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan buku-buku yang relevan yang berhubungan dengan pembahasan tahap perkembangan psikis anak dalam hubungannya dengan belajar.

 

D.    TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pada makalah ini adalah:

1.      Mengetahui teori tentang strategi pembelajaran kitabah

2.      Mengetahui model rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran kitabah

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

“STRATEGI PEMBELAJARAN KITABAH”

 

A.     PENGERTIAN KITABAH

Kitabah atau  menulis merupakan suatu proses kreatif membuat huruf (angka, dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah, mengarang roman (cerita, membuat surat)[4].  Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, serta obsesi yang akan dituliskannya. Walaupun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian, imajinasi, dan kreativitas penulis dalam mengungkapkan gagasan[5].

Kitabah (menulis) merupakan keterampilan berbahasa yang rumit, karenanya keterampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yang menekankan pada bunyi (marhalah shawtiyyah). Marhalah tersebut lebih terfokus pada aspek menyimak dan bicara. Kitabah sering difahami hanya sebatas mengkopi (naskh) dan mengeja (tahajju’ah), namun kitabah sebenarnya juga mencakup beragam proses kognitif untuk mengungkap apa yang diinginkan seseorang. Dengan demikian keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya adalah tergantung pada bagaimana pula situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya. Pembelajaran kitabah, sebagaimana ketrampilan yang lain juga memiliki tingkatan. Keterampilan menulis yang paling mendasar adalah keetrampilan menuliskan huruf-huruf Arab baik secara terpisah maupun bersambung. Setelah kemampuan ini dikuasai, barulah dapat ditingkatkan pada kemampuan menyusun kalimat, menyusun paragrap, sampai akhirnya dapat membuat sebuah artikel, atau tulisan secara utuh.

Diantara para pemerhati bahasa banyak yang menafikan pentingnya fungsi tata bahasa dalam mempelajari bahasa asing bahkan diantara mereka juga mengatakan bahwa pelajaran tata bahasa bukanlah hal yang memiliki urgenitas tinggi dalam pembelajaran bahasa dan bahkan tidak di butuhkan dalam pembelajaran berbicara. Karena tata bahasa (qawa‟id) dianggapnya akan memasung kreatifitas pembelajar untuk berbicara. Pendapat demikian itu bukan berarti benar untuk selamanya, akan tetapi sangat relatif kerena kebenaran pendapat tersebut kan valid jika pembelajaran yang di maksud adalah pemula dan baru mengenal bahasa arab sehingga ia langsung di ajarkan tata bahasa -yang nota bene memang harus proses mengahafal humus dan kaidah-kaidah tata bahasa- maka ia akan merasa kesulitan, akan tetapi jika materi tersebut diberikan bagi mereka yang sudah agak mahir dengan seperangkat kosa kata yang mencukupi, maka pembelajaran tata bahasa itu sendiri akan menjadi sebuah kebutuhan guna mengoreksi dan mengarahkan bahasanya agar baik dan benar.

Dalam kegiatan berbahasa, menulis memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi secara tertulis dan tidak langsung, sedangkan fungsi yang lainnya adalah;

1.      Fungsi Penataan. Ketika mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi, dan yang lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh karena itu pikiran dan lainnya mempunyai wujud yang tersusun

2.      Fungsi Pengawetan. Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis.

3.      Fungsi Penciptaan. Dengan mengarang kita menciptakan sesuatu yang mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra menunjukkan fungsi demikian.

4.      Fungsi Penyampaian. Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya melainkan juga kepada orang yang berjauhan[6].

 

Adapun tujuan penulisan suatu tulisan adalah:

1.      Tujuan Penugasan (Assingment Purpose)

2.      Tujuan Alturistik (Alturistic Purpose). Penulisan bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudan dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3.      Tujuan Persuasif (Persuasif Purpose). Tulisan bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4.      Tujuan Informasional atau Tujuan Penerangan (Informational Purpose).

5.      Tujuan Pernyataan Diri (Self-Expressive Purpose).

6.      Tujuan Pemecahan Masalah (Problem-Solving Purpose). Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca[7].

                                                                                                                                                                                                                                                                                          

B.      MODEL PEMBELAJARAN KITABAH

Model dan strategi pembelajaran menulis di antaranya adalah sebagai berikut:

1.      menyalin kalimat

2.      membuat kalimat

3.      meniru model

4.      menulis cerita dengan gambar berseri

5.      menulis catatan harian

6.      menulis berdasarkan foto

7.      meringkas

8.      melengkapi kalimat

9.      menyusun kalimat[8]

 

C.     SISTEM PENGAJARAN KITABAH

Seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Namun dalam penggunaan bahasa sehari-hari berbicara dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih tinggi daripada menulis. Selain frekuensinya yang tinggi berbicara pada umumnya dilakukan secara spontan, tanpa banyak kesempatan untuk memperhatikan kaidah penggunaan bahasa secara semestinya. Oleh karna itu, sekurang-kurangnya ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis ini, yaitu:

1.      Penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata, struktur, kalimat, paragraf, ejaan, fragmatik dan sebagainnya.

2.      Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis.

3.      Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan. Yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah dan sebagainnya.

Sistem pengajaran kemahiran menulis dapat ditempuh dengan cara bimbingan bertahap. Model ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa menulis atau mengarang merupakan suatu proses yang meliputi tahap pramenulis, tahap penulisan dan tahap perbaikan. Hakikat pengajaran mengarang dalam membentuk model pengajaran mengarang dengan teknik bimbingan bertahap adalah sebagai berikut:

1.      Mengarang merupakan kemahiran mengubah bentuk ide dan perasaan ke dalam wujud kata-kata pada kertas.

2.      Mengarang merupakan suatu proses yang meliputi tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap perbaikan atau editing.

3.      Pengajaran mengarang merupakan bagian dari pengajaran bahasa yang tujuan utamanya yaitu pembelajar memiliki kemahiran mengarang.

4.      Di dalam proses belajar, pembelajar sangat memerlukan bimbingan pengajar.

5.      Dari sudut pandang pengajar, membelajarkan pembelajar tentang mengarang harus melalui langkah-langkah berikut:

o    Penentuan topik yang sesuai dengan tingkat kebahasaan pembelajar dan dengan ruang lingkup kehidupannya.

o    Penentuan tujuan yang berisi mengapa penulis mengarang tulisan itu.

o    Penentuan sasaran kepada siapa karang itu ditujukan.

o    Pembuatan rencana penulisan.

o    Perwujudan karangan di atas kertas, melalui penyusunan konsep kasar, perivisian, penyuntingan, dan akhirnya penulisan secara rapi.

Dalam menulis karangan sekurang-kurangnya ada 5 unsur yang harus diperhatikan:

1.      Isi karangan atau hal-hal yang akan dikemukakan.

2.      Bentuk karangan atau susunan cara menyajikan isi karangan

3.      Tata bahasa atau penggunaan tata kata dan pola-pola kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa yang digunakan.

4.      Gaya dalam pilihan warna atau nada.

5.      Ejaan dan tanda baca, yakni dalam penulisan lambang-lambang bahasa tulis. Dalam bahasa Arab pengajaran mengarang terdapat dalam pengajaran Kitabah, meliputi Khat, Imlak dan Insya’[9].

.

D.     PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KITABAH

Menulis merupakan salah satu keterampilan penting dalam pembelajaran bahasa Arab. Jika berbicara merupakan sarana untuk berkomunikasi aktif dengan orang lain sehingga ia dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dan membaca merupakan alat yang digunakan orang untuk mengetahui sesuatu yang terjadi pada masa-masa sebelumnya, maka menulis merupakan suatu aktifitas untuk mengaktualisasikan kemampuan dirinya dan spesialisasi keilmuannya kepada publik,  karena dari hasil tulisannya baik berupa buku maupun sekedar naskah opini dan makalah singkat, pembaca dapat mengetahui kwalitas keilmuan yang ia miliki dari spesialisasi keilmuannya. Ada empat hal pokok dalam pelaksanaan pembelajaran menulis :

1.      Menulis huruf

Setelah latihan mengetahui tentang bentuk, berganti ke pembelajaran huruf, akan lebih baik apabila memperhatikan tingkatan-tingkatan berikut ini:

1.     Penulisan bentuk huruf terpisah sebelum penulisan huruf bersambung

2.     Penulisan berurutan sesuai alphabet

3.     Penulisan huruf sebelum penulisan kalimat

4.     Penulisan satu, dua  huruf baru setiap pelajaran

5.     Guru menulis misal di papan tulis,dan ketika itu murid menulis di buku mereka

2.      Menulis kata-kata dengan huruf-huruf yang benar

3.  Setelah melatih siswa untuk belajar menulis huruf secara terpisah-pisah ataupun bersambung, selanjutnya siswa diajarkan untuk menyalin tulisan dari buku yang telah  dipelajari. Meskipun menyalin tulisan tersebut tidak dibatasi dengan gaya tertentu.

a.       Menyalin adalah latihan tambahan bagi para murid dalam keterampilan menulis. Dan apabila seorang guru memberi contoh salinan yang baik maka itu akan menjadi latihan menulis yang baik dan benar

b.       Menyalin memberikan manfaat pada siswa untuk pembelajaran menulis yang benar

c.       Menyalin memberi manfaat tentang tanda baca, seperti tanda Tanya, tanda seru, dsb

d.       Menyalin mendukung apa yang telah dipelajari siswa dari segi kosakata dan tata bahasa

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menyalin adalah :

a.       Bahawasanya menyalin itu tidak boleh dipaksakan dalam pengajaran, karena jangan sampai latihan itu membuat guru dan murid tidak menyukai menyalin.

b.       Seorang guru wajib memberikan materi yang sesuai dengan pelajaran siswa, sehingga mereka bisa membacanya.

c.       Seorang guru harus selalu menyertai dan membimbing siswa dalam waktu yang tepat dan dengan cara yang baik dan benar, karena tanpa adanya itu membuat murid meremehkan latihan-latihan yang diberikan guru.

3.      Menyusun susunan kalimat berbahasa Arab yang dapat dipahami

4.      Menggunakan susunan kalimat dalam bahasa Arab tersebut dalam beberapa alinea sehingga mampu mengungkapkan inti pesan dari penulis.

 

Untuk memperoleh hasil yang efektif dari pelaksanaan pembelajaran menulis, maka perlu di ketahui bahwa aktivitas menulis yang dimaksud terbagi menjadi tiga hal, yaitu :

1.      Dikte (Al-Imla’), mendikte baris-baris sebuah wacana. Dan salah satu cara terbaik adalah melakukan dikte dengan berpasang-pasangan atau berkelompok. Dengan cara ini siswa bekerja sesuai dengan kecepatan mereka dan mereka membetulkan sendiri kalimatnya. Sementara guru bisa bebas memonitor aktivitas mereka. meliputi :

a.       Imla’ Hijaiy

Dalam pembelajaran ini, seorang siswa disuruh untuk menulis huruf-huruf hijaiyyah yang tersusun dalam suatu kosa kata yang terdapat pada buku pelajarannya atau tertulis di papan tulis, dan akan lebih baik jika ketika di tulis di papan tulis dengan menggunakan kapur tulis/pena warna warni agar lebih memudahkan siswa meniru tulisan tersebut.

b.      Imla’ Manqul

Untuk tahap awal, pembelajaran menulis yang diberikan kepada siswa adalah memberikan latihan meniru tulisan kalimat pendek yang ada di buku atau papan tulis.

o    Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabanya diambil dari teks bacaan.

o    Memberikan beberapa kata yang tidak urut dan meminta siswa untuk mengurutkan sehingga menjadi kalimat (jumlah) sempurna

o    Menyalin teks pendek yang isinya berhubungan meneyenangkan siswa.

o    Latihan merubah kalimat (jumlah).

c.       Imla’ Manzur

Dalam tahap ini, pelajaran menulis yang diberikan melalui tugas membaca beberapa alinea dalam teks kemudian diperintahkan kepada siswa untuk menulis ulang hasil bacaannya dan mengarahkan tata cara penulisannya yang baik.

o    Guru meminta siswa untuk menyiapkan tema tulisan atau imla’, siswa membaca teks di rumah dan kemudian ketika di kelas didiskusikan dengan guru secara tertulis di papan tulis dan mengeluarkan kata-kata yang sulit membacanya kemudian guru mnjelaskan cara penulisannya.

o    Siswa diminta untuk menghafal teks pendek dan sederhana kemudian mengeja kata-katanya. Setelah itu siswa diminta untuk menulisnya dan diperbolehkan melihat teks sekirannya dibutuhkan.

o    Meminta siswa menulis sebagian kalimat atau jumlah yang telah dipelajari, dibaca dan ditulis dalam imla’ manqul tanpa melihat kembali pada buku. Kemudian membandingkan tulisan yang ditulis dalam imla’ mandhur dengan tulisan pada imla’ manqul dari sisi kebenaran tulisannya.

o    Juga bisa dengan mengemukakan satu atau dua paragraf yang pernah dibaca siswa kemudian dibuang sebagian kata-kata kuncinya, kemudian siswa diminta menyempurnakannya. Pada latihan ini guru bisa membantu siswa dengan pertanyaan dengan mengisi titik. Setelah itu guru menampilkan jawaban yang benar dan siswa mengoreksi pekerjaannya.

o    Juga bisa dengan guru memberikan pertanyaan yang jawabannya berupa satu kalimat atau dua kalimat yang telah dihafal siswa kemudian guru meminta siswa untuk menuliskan jawabannya tersebut.

o    Mungkin juga pada tingkatan ini dengan mengeluarkan kata-kata sulit dari teks imla’ dan menuliskan pada papan tulis, kemudian siswa menulisnya beberapa kali pada bukunya

d.       Imla’ Ikhtibary

Dalam tahap ke tiga ini, dibutuhkan kemampuan pendengaran yang optimal, kemampuan menghafal serta kemampuan menulis yang ia dengar dengan baik, karena dalam pembelajaran ini, seorang guru membecakan beberapa teks Arab kemudian disuruh tulis kepada siswa tanpa harus melihat teks yang ada.

o    Memperkuat hubungan antara suara dan rumus yang telah dipelajari siswa ketika membaca. Siswa-siswa yang tidak bisa melihat kata dan mengucapkannya tidak akan bisa menulis kata itu dengan benar dalam imla’.

o    Mengevaluasi perkembangan dan kemajuan ingatan terhadap yang didengar siswa

2.      Menulis indah (Al-Khat)  

3.      Mengarang (Al-Ta‟bir wa al-Insya‟)

a.       Al-Ta’bir al-Basit (karangan sederhana)

b.      Al-Ta’bir al-Muwajjah (karangan terstruktur)

c.       Al-Ta’bir al-Hurr (karangan bebas)[10]

 

Dalam aktivitas pembelajaran menulis, dapat di bagi menjadi tiga ketegori utama, yaitu menulis terkontrol, menulis terbimbing dan menulis bebas. Menulis terkontrol berada pada tahap pertama sedangkan menulis bebas pada tahap terakhir.

1.      Menulis Terkontrol

Dalam aktivitas menulis pada tahap awal ini, seorang siswa banyak membutuhkan kontrol dari seorang guru, sehingga dengan demikian peranan guru dalam tahap ini masih sangat dominan. Berikut ini beberapa aktivitas menulis terkontrol yang diberikan oleh guru : seperti Kalimat Jigsaw (Jigsaw Sectences). Aktivitas ini mirip dengan meniru teks, hanya saja dilakukan dengan hati-hati. Siswa harus mencocokkan setengah dari beberapa kalimat jigsaw dikertas terpisah.

 

2.      Menulis Terbimbing Berikut aktivitas menulis terbimbing:

a.       Menggunakan gambar (picture description)

b.      Cerita dengan gambar (picture sequence essay)

c.       Kegiatan formal (formal practice)

d.      Menerangkan (making summary)

e.       Menggabungkan (making connections)

f.       Mencatat (note writing)

g.      Membalas surat (replying to letters)

h.      Menulis ulang iklan (replying to envertsements)

i.        Dialog berpasangan (half dialogues)

 

3.      Menulis Bebas

Aktivitas menulsi bebas siswa merupakan aktivitas tahap terakhir yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengaktualisasikan hasil pola pikirannya dalam bentuk tulisan.

Secara umum tujuan pembelajaran menulis antara lain :

a.      Mampu menulis huruf hujaiyyah dan mmengetahui hubungan harakat dengan bunyi

b.      Dapat menulis kata-kata dalam bahasa Arab dengan menggunakan huruf-huruf yang terpisah dan bersambung serta mengetahui perbedaan huruf ketika di awal, di tengah dan di akhir kata.

c.      Memahami dengan baik dan benar teori penulisan bahasa Arab

d.      Mengetahui bentuk-bentuk tulisan (nask, riq’ah, dsb)

e.      Mampu menulis dari kanan ke kiri

f.      Mengetahui tanda baca dengan baik dan fungsinya

g.      Mampu mengaktualisasikan fikirannya dalam bahasa tulisan dengan susunan kalimat yang baik

h.      Mampu menulis sesuai dengan susunan tata bahasa Arab yang baik dan benar

i.        Mampu mengggunakan susunan kalimat yang sesuai dengan alur fikirannya

j.     Mampu mengungkapkan dengan cepat apa yang terlintas dalam benaknya dengan bahasa tulisan yang baik dan benar

 

E.      LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KITABAH

Proses penulisan memang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu sebagai berikut: (1) merencanakan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4) merevisi.

1.      MerencanakanSebagai kegiatan yang bersifat kompleks, menulis membutuhkan perencanaan yang memadai. Dalam proses perencanaan, kegiatan-kegiatan berikut sangat penting diperhatikan oleh setiap penulis.

a.       Mengumpulkan bahanHampir semua penulis mengumpulkan segala sesuatu yang mereka perlukan berupa data, informasi, bacaan sebelum memulai menulis. Tahap seperti inilah yang pada hakikatnya sebagai tahap pengumpulan bahan untuk menulis. Sebagaimana orang yang akan mendirikan sebuah gedung, ia harus menyiapkan bahan-bahan dan alat-alat untuk membangun gedung itu secukupnya.

b.      Menentukan tujuan dan bentukDalam penulisan ilmiah, tujuan dan bentuk yang dipilih sering ditentukan oleh situasi. Misalnya, dalam membuat laporan penelitian, format dan tujuan laporan mungkin sudah ditentukan oleh sponsor atau pemberi dana peneleitian. Segala usaha lain untuk memperluas tujuan yang telah ditentukan itu pada umumnya cukup bermanfaat. Menyisihkan waktu untuk menentukan bentuk karangan/tulisan ilmiah yang tepat, bahkan mempelajari tulisan yang sama yang ditulis oleh orang lain atau lembaga lain dapat menghemat waktu dan tenaga yang cukup besar dalam mengerjakan suatu laporan penelitian bahkan sampai mempublikasikannya.

c.       Menentukan pembaca. Pembaca yang berbeda akan memerlukan bacaan yang berbeda pula. Oleh karena itu, penulis perlu mengetahui keadaan pembaca sebaik-baiknya. Apakah pembaca tulisan kita nanti itu memiliki pengetahuan cukup banyak atau sedikit tentang bidang yang kita tulis, dan apa yang diharapkan / diinginkan pembaca dari informasi yang disampaikan oleh penulis. Penulis perlu mengetahui apa yang diinginkan, yang diperlukan, atau yang diharapkan oleh pembaca.

2.      Menulis. Bagi kebanyakan penulis yang sudah profesional, biasanya situasi memaksa mereka untuk menulis sebelum benar-benar siap. Penulis yang belum berpengalaman sering kurang tepat dalam memperkirakan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan ide menjadi kata-kata tidak diperhitungkan. Dalam penulisan ilmiah, karena kompleksnya isi dan adanya batas waktu yang sudah pasti, lebih baik mulai menulis seawal mungkin, lebih-lebih penulis sudah mempersiapkan bahan sebagai bahan dasar penulisan, dan paling akhir sedikit menyusun draf untuk mencapai hasil akhir.

3.      Merefleksikan. Teknik yang sering digunakan oleh penulis karangan ilmiah, sebelum merangkum karangannya, mereka merefleksikan apa yang sudah mereka tulis. Kesempatan ini memungkinkan penulis memperoleh perspektif yang segar tentang kata-kata yang pada mulanya tampak sangat betul, tetapi kemudian terasa salah. Penulis perlu bertanya kepada diri sendiri dengan pertanyaan, misalnya, apakah tulisan yang dihasilkan benar-benar memenuhi tujuannya? Apakah tulisan tersebut cocok dengan pembacanya? Apakah tulisan tersebut sudah menginformasikan pesan secara cermat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan pertimbangan-pertimbangan, sehingga diperoleh jawaban dan perspektif yang lebih baik.

4.      Merevisi. Mengerjakan revisi merupakan langkah yang sangat penting untuk menghasilkan tulisan yang baik. Akan tetapi, hal ini seringkali kurang mendapatkan perhatian dibandingkan dengan langkah-langkah yang lainnya. Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan yang dilaksanakan secara berhati-hati dan seksama dapat menghasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus, dan sesuai dengan keinginan penulis dan pembaca[11].

Penulis perlu mencoba merasakan masalah yang mungkin muncul, dan menuntut perbaikan dari diri penulisnya sendiri, sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik dan layak baca. Penulis perlu meneliti secara cermat, apakah bukti-bukti yang disampaikan mendukung pernyataan-pernyataan yang diutarakan, dan seberapa banyak waktu yang harus digunakan oleh pembaca untuk memahaminya? Segala sesuatu yang diperkirakan menimbulkan salah paham agar dihindari dan dihilangkan dari suatu tulisan ilmiah.

Tulisan ilmiah selalu membawa nama penulisnya. Oleh karena itu, penulis sebaiknya tidak terlalu cepat puas dengan apa yang pernah ditulisnya. Upayakan, jangan sampai para pembaca tidak dapat memahaminya, atau salah menginterpretasi serta menafsirkan tulisannya karena tidak jelas arah, fokus, dan tujuannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.     KESIMPULAN

Disini penulis akan menyimpulkan bahwa Kitabah atau  menulis merupakan suatu proses kreatif membuat huruf (angka, dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah, mengarang roman (cerita, membuat surat)  . Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, serta obsesi yang akan dituliskannya. Walaupun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian, imajinasi, dan kreativitas penulis dalam mengungkapkan gagasan.

Seperti halnya kemampuan berbicara, kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Namun dalam penggunaan bahasa sehari-hari berbicara dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih tinggi daripada menulis. Selain frekuensinya yang tinggi berbicara pada umumnya dilakukan secara spontan, tanpa banyak kesempatan untuk memperhatikan kaidah penggunaan bahasa secara semestinya

Ada empat hal pokok dalam pelaksanaan pembelajaran menulis

1.     Menulis huruf

2.     Menulis kata-kata dengan huruf yang benar

3.     Menyalin

4.     Menyusun Kalimat

5.     Menggunakan susunan kalimat dengan beberapa alinea

Untuk memperoleh hasil yang efektif dari pelaksanaan pembelajaran menulis, maka perlu di ketahui bahwa aktivitas menulis yang dimaksud terbagi menjadi tiga hal, yaitu :

1.      Dikte

2.      Menulis Indah

3.      Mengarang

Dalam aktivitas pembelajaran menulis, dapat di bagi menjadi tiga ketegori utama, yaitu :

1.      menulis terkontrol

2.      menulis terbimbing

3.      menulis bebas.

 

Proses penulisan memang berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu sebagai berikut:

1.      merencanakan,

2.      menulis,

3.      merefleksikan,

4.      merevisi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Desmita, 2005, Psikologi Perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Muhibbin syah, 2010, Psikologi Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya: Bandung.

Jalaluddin dan Ramayulis, 1998, Pengantar Ilmu Jiwa Agama,  Kalam Mulia: Jakarta Pusat.

Efendi, Anwar, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, Jogjakarta, Tiara Wacana,

Furqanul, dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), Bandung, Remaja Rosda Karya

Hamid, Abdul, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, Malang, UIN Malang Press. 2008

Hamid, Abdul, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab untuk Studi Islam, Malang, UIN Maliki press, 2010

Hermawan,  Acep,  Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya : 2011.

Slameto,  Evaluasi Pendidikan.,  Jakarta,  PT. Bumi Aksara 2001

Wassid, Iskandar, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung, Remaja Rosda Karya

http: //www.ialf.edu/kpbipa/papers/haherudinkurniawan.doc

http://sahlanazwar.blogspot.com/2012/04/maharah-kitabah-dalam-proses.html,

 

 

 



[1] Efendi, Anwar, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Prespektif, (Jogjakarta, Tiara Wacana 2010), h.12

[2] Wasid, Iskandar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung:Rosda Karya 2000) h.169

[3] Furqanul, dkk, Pengajaran Bahasa Komunikatif (Teori dan Praktek), (Bandung, Remaja Rosda Karya 2011), h.20

[4] Ibid h,35

[5] http://sahlanazwar.blogspot.com/2012/04/maharah-kitabah-dalam-proses.html

[6] Hermawan,  Acep,  Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya 2011) h.188.

[7] Ibid

[8] Ibid

[9] http: //www.ialf.edu/kpbipa/papers/haherudinkurniawan.doc

[10] Op Cit, h.70

[11] Hamid, Abdul, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang, UIN Malang Press. 2008), h.83

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAKWAH BANJAR | هذا من فضل ربي