BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa menjadi cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur. Pendidikan berbasis kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standar performansi yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan siswa secara Optimal, dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat
dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang
dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai
individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari
masalah.
Kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan
kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam
kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran
perlu: 1) berpusat pada peserta didik; 2) mengembangkan kreatifitas peserta
didik; 3)menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) bermuatan
nilai, etika, estetika, logika, dan kinstetika dan 5) menyediakan pengalaman
belajar yang beragam.
Dalam kerangka itu, pengembangan program dilakukan berdasarkan
pendekatan kompetensi. Penggunaan pendekatan ini memungkinkan desain program
dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan tepat. Hasil-hasil pembelajaran
dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan terhadap tujuan
pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya.
Dalam kerangka itu, pengembangan program dilakukan
berdasarkan pendekatan kompetensi. Penggunaan pendekatan ini memungkinkan
desain program dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan tepat. Hasil-hasil
pembelajaran dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan
terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan
sebelumnya.
Dalam penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan
kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan ke dalaman
cakupan kemempuan dasar, dapat digunakan jaringan topic/tema/konsep. Kompetensi
dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih
dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit
mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan
telah divalidasikan serta di tes sejauhmana kontribusinya terhadap keberhasilan
dan efektifitas belajar megajar. Hasil penelitian seringkali ikut membantu
dalam mengidentifikasi kompetensi, kita dapat menggunakan beberapa model
pendekatan.
B.
METODE
PENULISAN
Adapun metode penulisan yang
digunakan adalah metode internet browsing dan metode kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan
buku-buku yang relevan yang berhubungan dengan pembahasan tahap
perkembangan psikis anak dalam hubungannya dengan belajar.
C.
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan pada
makalah ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana
Pendekatan Identifikasi Kompetensi
2. Mengetahui jenis model
pendekatan dalam mengidentifikasi Kompetensi
BAB II
PEMBAHASAN
“PENDEKATAN
IDENTIFIKASI KOMPETENSI”
A.
PENDEKATAN
IDENTIFIKASI KOMPETENSI
Dalam
penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan
diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan ke dalaman cakupan kemempuan dasar,
dapat digunakan jaringan topic/tema/konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas
dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran.
Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke
dalam satu pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi
harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan serta di tes sejauhmana
kontribusinya terhadap keberhasilan dan efktifitas belajar megajar. Hasil
penelitian seringkali ikut membantu dalam mengidentifikasi kompetensi, kita
dapat menggunakan beberapa model pendekatan diantaranya
1.
TASK ANALYSIS
(ANALISIS TUGAS)
Analisis tugas dimaksudkan untuk mendeskripsikan
tugas-tugas yang harus dilakukan ke dalam indikator-indikator kompetensi.
Berdasarkan analisis tugas yang harus dipelajari oleh siswa, dikembangkan
berbagai jenis pengetahuan yang menuntut dicantumkan kompetensi-kompetensi yang
diperlukanya (daftar kompetensi. Task analysis
atau analisis tugas adalah suatu metode untuk menganalisis pekerjaan
manusia, apa yang dikerjakan dengan apa mereka bekerja dan apa yang harus
mereka ketahui. Task
analisis ini merupakan proses menganalisa tentang cara pengguna dalam
mengerjakan, menyelesaikan dan bereaksi terhadap tugas dari suatu sistem dan
hal-hal yang inign diketahui oleh pengguna.
Task analisis
sangat diperlukan, terutama dari sudut pandang desainer, karena umumnya
desainer beranggapan bahwa semua pengguna adalah sama, dan juga semua pengguna
sama dengan “saya”. Mereka juga sering kali berasumsi bahwa kareteristik pengguna
(budaya, norma dan lingkungan) tidak memiliki pengaruh dengan sistem dan
keangkuhan yang menyatakan bahwa desain interface yang baik tidak perlu memahami
pengguna.
Sebelum
dilakukan proses penyusunan task analysis, maka desainer dan pembuat aplikasi
melakukan penyusunan kategori proses, serta membuat pernyataan tentang : apa
yang terjadi sebelum proses, apa yang akan terjadi dari proses, mengapa proses
harus dilakukan, bagaimana cara melakukan dan apa yang akan dihasilkan oleh
proses tersebut
Task
analysis sendiri terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1.
Task
decomposition
Suatu
task pecah menjadi sub-task yang berurutan. Salah satu pendekatan dari jenis
task analysis ini adalah HTA atau Hierarchical Task Analysis yang membagi tugas
dalam suatu hirarki jenis Tree. Tipe tuga yang terdapat dalam jenis task
analiysis ini antara lain :
1. Fixed
sequence : Tugas tetap yang
harus dilakukan
2.
Optional : Tugas
yang dapat diabaikan
3.
Cycles : Tugas
yang dikerjakan berulang
2.
Knowledge
Based Techniques
Menekankan
pengetahuan dari user tentang objek dan aksi yang akakn dibutuhkan dalam task
tersebut . knowledge based analysis dimulai dengan mengidentifikasikan semua
objek dan aksi yang terlibat dalam task, dan kemudian mengembangkan suatu
taxonomi dari semuanya. Hal ini mirip dengan taxonomi dari cabang ilmu biologi
(klasifikasi hewan/tumbuhan).
3.
Entity-relation
based analysis
Berdasarkan
objek, penekanan pada identifikasi dari entity, relationship dan kegunaannya,
seringkali diasumsikan mirip dengan UML.
2.
THE NEEDS OF
SCHOOL LEARNERS
Pendekatan the
needs of school learners (memusatkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan
siswa di sekolah). Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak
dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa. Hal ini menjadi landasan
dalam mengidentifikasi kompetensi. Jadi pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa
terdapat hubungan yang erat sekali antara persiapan guru dan hasil yang
diinginkan siswa. Asumsi dari pendekatan ini adalah,
jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik
serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan
seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang
kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.
Kesiapan
belajar adalah kondisi dimana siswa berada dalam siap mental dan fisik untuk
melakukan kegiatan belajar. Faktor ini erat hubungannya dengan kematangan
intelektual, mental sosial emosional siswa disamping kesiapan secara jasmaniah.
Dengan kondisi siap tersebut siswa akan lebih terangsang untuk melakukan kegiatan
belajar dan lebih mudah menerima pengalaman-pengalaman baru, serta lebih
bermotivasi untuk mencari dan menemukan sendiri pengalaman-pengalaman yang
bermakna baginya.
Mengetahui
karakteristik siswa adalah satu cara untuk mengukur apakah siswa mampu menccapai
tujuan belajarnya atau tidak.. sampai
dimana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila siswa mampu,
hal-hal apa yang memperkuat, dan apabila tidak mampu, hal-hal apa yang menjadi
penghambatnya. Hal-hal yang perlu diketahui dari siswa bukan hanya dilihat dari
faktor-faktor akademisnya, tetapi juga dilihat dari faktor-faktor sosialnya,
sebab dua hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar siswa.
3.
ASUMSI
KEBUTUHAN MASYARAKAT
Pendekatan berdasarkan asumsi kebutuhan masyarakat. Dengan
menspesifikasikan kebutuhan masyarakat, terutama masyarakat sekolah, maka
selanjutnya disusun program pendidikan. Pendekatan ini berdasarkan asumsi,
bahwa pengetahuan tentang masyarakat yang nyata dan penting itu dapat
diterjemahkan menjadi program sekolah para siswa yang pada giliranya dituangkan
ke dalam program pembelajaran. Kelemahan dari pendekatan ini ialah bahwa sangat
sulit menemukan kebutuhan masyarakat yang tepat, tetap serta lengkap, sehingga
begitu program dilaksanakan pada waktu itu mungkin kebutuhan masyarakat telah
berubah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mengidentifikasi kompetensi
Dalam penyusunan rencana pembelajaran perlu memperhatikan
kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui keluasan dan ke dalaman
cakupan kemempuan dasar, dapat digunakan jaringan topic/tema/konsep. Kompetensi
dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih
dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit
mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi
harus dijabarkan secara khusus dan telah divalidasikan serta di tes sejauhmana
kontribusinya terhadap keberhasilan dan efktifitas belajar megajar. Hasil
penelitian seringkali ikut membantu dalam mengidentifikasi kompetensi, kita
dapat menggunakan beberapa model pendekatan diantaranya :
a. Pendekatan
analisis tugas (task analysis) untuk menentukan daftar kompetensi.
Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di
sekolah/madrasah sebagai tenaga professional, yang pada giliranya ditentukan
kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan , sehingga dapat pula diketahui
apakah seorang siswa telah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang
dituntut kepadanya. Kompetensi dasar berfungsi untuk mengarahkan guru dan
fasilitator mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran. Daftar
kompetensi ini dapat disusun setelah mengadakan serangkaian diskusi atau
menilai.
b. Pendekatan the
needs of school learners (memusatkan perhatian pada kebutuhan-kebutuhan
siswa di sekolah). Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak
dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa. Hal ini menjadi landasan
dalam mengidentifikasi kompetensi.
c. Pendekatan berdasarkan asumsi
kebutuhan masyarakat. Dengan menspesifikasikan kebutuhan masyarakat, terutama
masyarakat sekolah, maka selanjutnya disusun program pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati
dan Mudjiono 2006, Belajar dan Pembelajan.
Rineka Cipta: Jakarta.
Muhibbin
syah, 2010, Psikologi Pendidikan,
PT.Remaja Rosdakarya: Bandung.
Harjanto,
2011, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta: Jakarta.
Oemar Hamalik. 2009. Pendidikan
Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi Bumi Aksara:Jakarta.
Slameto, Evaluasi Pendidikan., Jakarta, PT.
Bumi Aksara 2001
Djiwandono Sri Esti Wuryani,
Psikologi Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar