BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan tuntunan zaman sekarang ini yang harus mengharuskan setiap manusia agar memiliki pendidikan yang bagus dalam menjalani kehidupannya, otomatis pendidikan memang peranan yang amat penting. Pastinya baik, bermutu tidaknya sebuah inatitusi pendidikan sangat bergantung pada system kurikulumnya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Tuhan yang
selalu memlihara dan selalu memberi petunjuk kepada hamba – Nya yang selalu mau
berubah dan berusaha, sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW semoga semangat
perubahan selalu ada dalam sanubari kita.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan, kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan, oleh karena itu peran kurikulum sangat
signifikan dalam dinamika pendidikan.
Jika kita melihat pendidikan di Indonesia, sering sekali
terjadi perubahan kurikulum, dan sampai saat ini yaitu KTSP, akan tetapi
perubahan kurikulum tidak mampu mendongkrak kualitas pendidikan, hal ini
dikarenakan kurikulum yang diterapkan tidak mampu menjawab tantangan global
atau pun tantangan kekinian.
Ada banyak model kurikulum yang berkembang dalam
pendidikan, diantaranya adalah kurikulum subye akademis, kurikulum humanistik,
kurikulum rekonstruksi sosial dan kurikulum teknologis, perkembangan model
kurikulum tersebut tentunya tidak lepas dari banyak faktor diantaranya
kebutuhan dan kondisi sosial politik.
Dalam makalah ini, kita akan membahas salah satu dari model
kurikulum diatas yaitu kurikulum humanistik, yang mana kurikulum humanistik
merupakan sebuah upaya untuk melakukan humanisasi dalam proses pendidikan. Dan
menganggap bahwa manusia memiliki potensi, kekuatan dan kemampuan dalam
dirinya.
Menilik dari segi
tersebut diatas, bahwa setiap orang harus mempunyai jiwa dalam memajukan
kepandaian melatar belakangi kelompok kami dalam menyusun makalah ini.
Diharapkan kedepan pendidikan Indonesia semakin maju dan mampu memnuhi tuntutan
era globalisasi, tidak
terpaku pada pola kurikulum yang monoton.
B. Tujuan Penulisan
a. Memberi wahana dan pandangan baru
b. Memanfaatkan pengetahuan kita yang sudah mulai
kritis akan kurikulum
c. Menyiapkan diri setiap generasi agar siap
menghadapi persaingan ilmu pengetahuan
d. Memperjelas keberadaan kurikulum sehingga
kekaburan-kekaburan di masyarakat dapat diminimalisir
e. Disiplin
ini juga merupakan cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Konsep
Kurikulum
Kurikulum mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan
zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan kurikulum
dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktek pendidikan serta variasi
aliran – aliran atau teori pendidikan yang dianut.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata
pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Kemudian
pemahaman mengenai kurikulum mengalami perkembangan bahwa kurikulum adalah
pengalaman belajar. Hal tersebut dikemukakan oleh beberapa pakar di bidang
pendidikan, diantaranya :
1.
Ronald C.Doll,
mengemukakan bahwa pengalaman merupakan cakupan yang luas. Pengalaman tersebut
dapat berlangsung di sekolah, rumah ataupun masyarakat, berkenaan langsung
dengan pelajaran atau tidak. Hal tersebut mencakup berbagai upaya guru dalam
terwujudnya pengalaman belajar dengan berbagai fasilitas pendukungnya.
2.
Mauritz Johnson
berpendapat bahwa pengalaman belajar akan muncul apabila terjadi interaksi
antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi tersebut bukan kurikulum,
melainkan pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil
pengajaran.
3.
Mac. Donald
mengemukakan empat subsistem dalam sekolah, yaitu :
1.
Mengajar, merupakan
kegiatan atau perlakuan profesional yang dilakukan oleh guru.
2.
Belajar, merupakan
kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai respon terhadap kegiatan
belajar mengajar yang diberikan oleh guru.
3.
Pembelajaran, kegiatan
yang memungkinkan dan berkenaan dengan interaksi belajar mengajar.
4.
Kurikulum, merupakan
suatu rencana yang memberi pedoman dalam proses belajar mengajar.
5.
Robert S. Zais
mengemukakan bahwa kurikulum bukan hanya rencana tertulis bagi pengajaran,
melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi di kelas yang memberi pedoman
dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.
6.
Hilda Tabba
mengemukakan pendapat bahwa perbedaan kurikulum dan pengajaranbukan pada
implementasinya, melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum adalah tujuan
jangka panjang, sedangkan pengajaran adalah tujuan jangka pendek.
Konsep terpenting yang perlu
mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga
konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi.
a. Konsep
pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu
kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi
murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.
Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan
tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi.
Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil
persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan
pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup
tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai
suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan
bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat.
Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja
bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyem purnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara
kurikulum agar tetap dinamis.
c. Konsep
ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan
dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn
yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum
juga dituntut untuk:
1. Mengembangkan definisi-definisi
deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
2. Mengadakan klasifikasi tentang
pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru,
3. Melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
4. Mengembangkan sub subteori kurikulum, mengembangkan dan
melaksanakan model-model kurikulum.
B. Macam-macam Model Konsep
Kurikulum
1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subyek akademik,
merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama
dulu berdiri, kurikulumnya boleh dikatakan mirip dengan model ini. Sampai
sekarang, walaupun telah berkembang model-model lain, tetapi kebanyakan sekolah
tidak dapat melepaskan diri dari model ini. Kurikulum ini menekankan isi atau
materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif
mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain.
Ditinjau dari isinya,
Sukmadinata (2005:84) mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi empat
kelompok besar.
1. Correlated
curriculum.
Kurikulum ini menekankan
pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari
suatu pelajaran dengan pelajaran lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial
dari setiap mata pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut,
cakupan ruang lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan
pada konsep pedagogis dan psikologis yang dipelopori oleh Herbart dengan teori
asosiasi yang menekankan pada dua hal, yaitu konsentrasi dan korelasi
(Ahmad:1998,131).
2. Unified atau concentrated curriculum
Sesuai dengan namanya,
kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu
dibangun dari berbagai macam tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu
pelajaran di susun dalam tema-tema pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi
kurikulum jenis ini terdapat pada pembelajaran yang sifatnyatematik.
3. Integrated
curriculum
Pola organisasi kurikulum
ini memperlihatkan warna disiplin ilmu. Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu
keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat
hubungan antarpelajaran serta berbagai kegiatan siswa.Dengan keterpaduan bahan
pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman suatu materi secara
utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi
kebutuhan hidup di lingkungan masyarakat. Ahmad (1998, 39) menyampaikan
ciri-ciri kurikulum ini sebagai berikut.
a. Unit haruslah meruapakan satu kesatuan yang bulat dari seluruh
bahan pelajaran.
b. Unit didasarkan pada kebutuhan anak, baik yang pribadi maupun
sosial serta yang bersifat jasmani maupun rohani.
c. Unit memuat kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari.
d. Unit memberikan motivasi sehingga anak dapat berkreasi.
e. Pelaksanaan unit sering memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini
disebabkan percobaan atau perolehan pengalaman yang membutuhkan waktu lama.
4. Problem
solving curriculum,
yang berisi pemecahan
masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pada kurikulum
model ini, guru cenderung lebih banyak dimaknai sebagai
seseorang yang harus
”digugu” dan ”ditiru”. Menurut Idi (2007:126), ada empat cara dalam menyajikan
pelajaran dari kurikulum model subjek akademis.
1. Materi disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan
dari yang lebih mudah hingga ke materi yang lebih sulit.
2. Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat.
3. Pendekatan yang digunakan cenderung induktif, yaitu disampaikan
dari hal-hal yang bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih spesifik.
4. Urutan penyajian bersifat kronologis.
Kurikulum ini bersumber pada
pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh
warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan
oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan
dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya, sehingga kurikulum
ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih
bersifat intelektual.
2.
Kurikulum
Humanistik
Model
kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara
utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan
psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan
memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dan pembelajarannya berpusat
pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat
perhatian utama dalam model kurikulum ini.
1. Karakteristik Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik memiliki beberapa
karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis,
diantaranya adalah:
- Adanya hubungan yang
harmonis antara guru dan siswa
Untuk membangun suasana belajar yang baik, hubungan antara guru dan siswa harus
pula dibangun seharmonis mungkin, sehingga guru tidak terkesan menakutkan,
karena pengaruh psikis sangat mempengaruhi daya tangkap siswa dalam belajar,
jika kita lihat fenomena pembelajaran disekolah, ada istilah guru killer
ataupun dosen killer, ini merupakan bukti bahwa ternyata masih ada dalam proses
pembelajaran yang mana guru atau dosen yang ditakuti oleh para siswa atau
mahasiswa, dan berimplikasi terhadap daya tangkap siswa.
- Integralistik
Maksudnya adalah dalam kurikulum humanistik
menekankan kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual ( Kognitif)
tetapi juga emosional dan tindakan, ini merupakan komitment dari pendidikan
humanis yang mana berupaya untuk mengembalikan pendidikan kepada realitas
sosial.
- Totalitas
Maksudnya adalah kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh
( totalitas ) , bukan terpenggal – penggal ( parsial )
- Model Evaluasi
Tidak ada kriteria
pencapaian Seperti yang
dijelaskan diatas bahwa kurikulum menekankan totalitas, oleh karena itu dalam
model evaluasi yang dilakukan tidak ada kriteria pencapaian, karena kurikulum
ini lebih menekankan proses bukan hasil, jika kita melihat fenomena UNAS dalam
pendidikan kita di Indonesia, kriteria pencapaian yang diformat dalam UNAS
sangat tidak humanis, karena hanya menitik beratkan kepada aspek kognitif sehingga
keberhasilan pendidikan hanya di nilai dari angka bukan sikap, walaupun dalam
KTSP format penilaian menggunakan aspek sikap. Tentunnya hal ini bertentangan
dengan pendidikan humanis yang berorientasi terhadap pengembangan potensi manusia.
3. Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Model
kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang ihadapi
dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan
kegatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini
peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya
dapat membantu bagaimana berartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Ada beberapa cirri dari desain kurikulum ini, yaitu:
1. Asumsi.
Tujuan utama kurikulum
rekonstruksi sosisla adalah mengahadapkan para siswa pada tantangan, ancaman,
hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
2. Masalah-maslah sosial yang mendesak.
Kegiatan belajar dipusatkan
pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
3. Pola-pola organisasi.
Pada tingkat sekolah
menengah, poal organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda.
Ditengah-tengahnya sebagi poros dipilih sesuatu maslah yang menjadi gtema utama
dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik yang
dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan
lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan
jari-jari. Semua kegiatavn jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan
sebagai bingkai atau velk.
Pola desain kurikulum
rekonstruksi social
a). Komponen –
komponen Kurikulum Rekonstruksi sosial
a. Tujuan dan isi Kurikulum
Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan adalah 1. Mengadakan survai 2. Mengadakan study tentang
hubungan sebuah program 3. Mengadakan study latar belakang 4. Mengkaji praktek
program 5. Memantapkan rencana 6. Mengevaluasi semua rencana.
b. Metode
Dalam pengajran rekonstruksi social para pengembang kurikulum berusaha mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Kerja sama
antara individu dalam kegitan kelompok, maupun kelompok dalam kegiatan pleno
sangat mewarnai metode rekonstruksi social.
c. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan akan tetapi evaluasi tidak
hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan
sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan
masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
b). Pelaksanaan Pengajaran Rekonstruksi Sosial
Pengajaran rekonstruksi
social banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan
tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat mereka. Sesuai dengan potensi
yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, bengan
bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut.
Di daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan
peternakan, di daerah industry mengembangkan bidang-bidang industry. Paulo
freize adalah tokoh yang banyak memberikan kontribusi baik teori maupun praktek
dalam pengajaran rekonstruksi social. Di daerah Amerika latin memerangi
kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakan gerakan budaya akal budi
(conscientization). Gerakan ini adalah merupakan suatu proses pendidikan atau
pengajaran di mana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima tetapi sebagai
pelajar yang aktif. Mereka berusaha membuka diri, memperluas kesadaran tentang
realitas social budaya dan dengan segala kemampuannya berupaya mengubah dan
meningkatkannya. Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan
untuk melihat dan mengatasi hanbatan-hambatan yang dihadapi, meningkatkan
kemampuan memcahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan gerakan ini mereka
membantu masyarakat memahami fakta-fakta dan masalah-masalah yang dihadapinya
dalam konteks kondisi masyarakat mereka.
Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecendrungan
(trends) perkembangan. Kecendrunagn utama adalah perkembangan teknologi dengan
berbagai dampaknya terhadap kondisi ekonomi, politik, social dan budaya. Dalam
perkembangan social yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah perkembangan
manusia, baik mengidentifikasikan dan menganalisis kecendrungan-kecendrungan
tersebut diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu. Dalam pemecahan
problemlema social dan membuat kebijaksanaan social diperlukan musyawarah
dengan warga masyarakat.
Pandangan rekonstruksi social berkembang karena keyakinannya pada kemampuan
manusia untuk membangun dunia yang lebih baik.. juga penekanannya tentang
peranan ilmu dalam memcahkan masalah-masalah sosial.
4. Teknologi
dan Kurikulum
Perkembangan
tehnologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang
pendidikan. Sejak dahulu tehnologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi
yang digunakan adalah tehnologi sederhana sepert penggunaan apan tulis dan
kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan
tahap perkembangannya yang digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan
video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin
pembelajar, komputer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari
kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a.
Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik,
kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi.
b.
Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering
dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan
dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
Pembelajaran pada awalnya bersifat individual,
tiap eserta didik menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan
maju sesuai kecepatan masing-masing, pada saat tertentu ada tugas-tugas yang
bersifat kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas
tujuan-tujuan dari program pembelajaran (pembelajaran tuntas).
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah
sebagai beikut:
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pembelajaran
3. pengetahuan tentang hasil
c.
Organisasi Bahan Ajar
Bahan ajaran atau kompetensi yang luas/besar
dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan
obyektif.
d.
Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada
akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini
adalah; sebagai umpan
balik bapesrta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran,
sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester,
juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk
penyempurnaan kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Macam-macam Model Konsep
Kurikulum
1. Kurikulum subjek akademis
Ditinjau dari isinya,
Sukmadinata mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi empat kelompok
besar.
1. Correlated curriculum.
2. Unified atau concentrated curriculum
3. Integrated curriculum
4. Problem solving curriculum
2.
Kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik
yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan humanis
3.
Kurikulum
rekonstruksi sosial
Ada beberapa
cirri dari desain kurikulum ini,yaitu.:
1. Asumsi.
2. Masalah-maslah sosial yang mendesak.
3. Pola-pola
organisasi.
4.
Teknologi dan
kurikulum
Ada beberapa ciri dari
kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a.
Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik,
kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi.
b. Metode
c. Organisasi Bahan Ajar
d.
Evaluasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar