DAKWAH BANJAR

Sebuah Media Informasi. | مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ |"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya."

Rabu, 19 Mei 2021

PERKEMBANGAN KEJIWAAN DAN AGAMA PADA MASA DEWASA | KUMPULAN MAKALAH

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Tiap waktu manusia tidak henti-hentinya bergerak melakukan kegiatan untuk mencari dan meraih harapan kesempurnaan kehidupan. Dari sekian harapan itu adalah kesempurnaan dalam kehidupan spiritual.  Kesempurnaan spiritual adalah salah satu bagian dari kebutuhan dasar bagi manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dan agama menjadi salah satu media alternatif untuk mendapatkannya. 

Manusia dimanapun dan kapanpun dia berada dan kemanapun  mereka hidup secara kelompok atau sendiri-sendiri telah terdorong kearah perbuatan  dengan memperagakan diri sendiri dalam bentuk pengabdian kepada dzat maha tinggi itu.[1] Sikap keberagamaan pada orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengartian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

Jiwa keagamaaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari perkembangan aspek fisik. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu juga ditentukan oleh tingkat usia. Setiap masa perkembangan manusia memiliki ciri-ciri tertentu. Begitu juga dengan perkembangan jiwa keagamaan.

 

B.     BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1.      Bagaimana teori tentang Perkembangan Kejiwaan dan agama pada masa dewasa?

2.      Bagaimana Keadaan Perkembangan Kejiwaan dan agama pada masa dewasa?

 

C.    METODE PENULISAN

Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode metode kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan buku-buku yang relevan yang berhubungan dengan Perkembangan Kejiwaan dan agama pada masa dewasa.

 

D.    TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan pada makalah ini adalah:

1.      Mengetahui teori Perkembangan Kejiwaan dan agama pada masa dewasa.

2.      Mengetahui apa saja Perkembangan Kejiwaan dan agama pada masa dewasa

BAB II

PEMBAHASAN 

A.     PERKEMBANGAN KEJIWAAN DAN AGAMA PADA MASA DEWASA

Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab  serta sudah menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang dipilihnya.[2]

Kemantapann jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka seudah memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut tekah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, sikap keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Seandainya terjadi perubahan, mungkin proses itu didasaarkan atas pertimbangan yang matang. Jika nilai-nilai gama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, sikap keberagamaan tersebut akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap keberagamaan itu akan dipertahankan sebagai identitas dan kepribadian mereka. Sikap keberagamaan ini dapat membawa mereka secara mantap menjalankan ajaran agama yang mereka anut. Tak jarang sikap keberagamaan ini membawa mereka pada ketaatan yang berlebihan dan menjurus ke fanatisme. Karena itu, sikap keberagamaan orang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.

Sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber  dari nilai-nilai non-agama, dan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya, kemungkinan ini member peluang munculnya kecenderungan sikap anti agama, apabila menurutpertimbangan akal sehatnya terdapat kelemahan-kelemahan tertentu dalam ajaran agama yang dipahaminya. Bahkan, tak jarang sikap anti agama seperti itu diprlihatkan dalam bentuk sikap menolak hingga tindakan memusuhi agama yang dinilainya mengikat dan bersifat dogmatis.

Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nila yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian da perluasan pembahasan tentang ajaran agama yang di anutnya. Beragama sedah merupakan sikap hidup dan buka sekedar ikut-ikutan.

Elizabeth B Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian antara lain sebagai berikut.

1.      Masa dewasa awal (masa dewasa dini)

2.      Masa dewasa madya (middle adulthood)

3.      Masa usia lanjut (masa tua)[3]

Beberapa orang yang juga ahli dibidang psikologi, dan  mengungkapkan  dan membagi masa dewasa antara lain.

a.     Masa dewasa awal , mereka melakuan pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, Pengalaman menggali keintiman yaitu membaurkan identitas anda dengan identitas orang lain tanpa takut akan kehilangan sesuatu, priode isolasi sosial yaitu mempertahankan jarak antara diri sendiri dengan orang lain, priode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Sehingga masalah yang dihadapi adalah masalah hidup yang diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan. Keseimbangan intimitas dan isolasi adalah belajar melepaskan diri dari hubungan dengan orang lain dan tetap mempertahankan identitas diri[4]. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

b.     Kemudian mereka memasuki pertengahan masa dewasa (Masa Dewasa tengah) kisaran umur dari 40-60 tahun. Ini merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Pada Masa ini kekuatan watak akan muncul, perhatian rasa prihatin dan tanggung jawab yang menghargai siapa yang membutuhkan perlindungan dan perhatian[5]. Dan sudah mulai menghadapi tantangan hidup , sambil memantapkan tempat dan mengembangkan filsafat untuk mengolah kenyataan yang tidak disangka-sangka[6]. Perhatian agama lebih besar dibandingkan pada masa sebelumnya dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial. Jadi masalah sentral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.

c.     Setelah itu memasuki masa usia lanjut (Masa dewasa akhir), ini merupakan periode penutup dalam rentang waktu  hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai hingga meninggal dunia, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf, perubahan penampilan. Pada masa ini juga nostalgia dapat menjadi sumber kekuatan dan kedamaian sejati. Hidup menjadi kurang rumit dan berpusat pada hal-hal yang sunguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih menonjol pada usia tua[7].

 

B.      Karakteristik Perkembangan Agama Masa Dewasa

Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap keberagamaan pada orang dewasa dan antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1.      Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.

2.      Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikapa dan tingkah laku.

3.      Bersikap [ositif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.

4.      Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan  tanggung jawab diri hingga sikap keberagaamaan  merupakan realisasi dari sikap hidup.

5.      Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

6.      Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani

7.      Sikap keberagamaan cenderung mengarang pada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami, serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

8.      Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

.

C.     Agama Pada Usia Lanjut

Menurut Wiliam James, Usia keagamaan yang luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia lanjut, ketika gejolak kehidupan seksual berakhir. Pendapat tersebut diatas sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan menusia usia lanjut yang semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapka diri untuk bekal hidup di akhirat kelak. Dapat disebut sebagai contoh kecenderungan pengikut berbagai tarekat di Indonesia mayoritas pesertanya adalah mereka yang sudah berusia lanjut[8].

Kecenderungan hilangnya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepatnya datangnya kematian merupakan salah satu faktor yang menentukan berbagai sikap keagamaan di usia lanjut.

 

D.     Kematangan Beragama

Kematangan atau kedewasaan seseorang dalam beragama biasanya ditunjukkan denga kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya. Seseorang yang matag dalam beragama bukan hanya memegang teguh dan paham keagamaan yang dianutnya dan diwujudkann dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab, melainkan kadang-kadang juga berbarengan dengan pengetahuan agama yang cukup mendalam, sehingga perbuatan dan tinngkah laku keagamaannya seantiasa dipertimbangkan betul-betul dan dibina atas rasa tanggung jawab, bukan atas dasar peniruan dan sekedar ikut-ikutan saja.

Dalam menuju kematangan beragama, terdapat beberapa hambatan. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya hambatan itu antara lain.

1.     Faktor diri sendiri (intern)

Kapasitas ini berupa kemampuan (rasio) dalam menerima ajaran, itu terlihat perbedaan seseorang yang berkemampuan dan kurang berkemampuan dalam menerima rasio itu sendiri. Sedangkan faktor pengalaman seseorang dalam bidang keagamaan, maka semakin mantaf dan stabil dalam mengerjakan aktifitas agama. Dan ada juga faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan di diri sendiri, antara lain;

a.     Temperamen

b.     Gangguan jiwa

c.     Konflik keraguan

d.     Jauh dari tuhan

 

2.     Faktor Luar (ekstern)

Faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan yang diterima. Kultur masyarakat yang dikuasai tradisi tertentu dan berjalan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, kadang-kadang ini seperti menjadi suatu belennggu yang tidak pernah selesai. Dan ada juga faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan dari luar, antara lain ;

a.     Musibah, seringkali apabila musibah yang datang sangat serius sehingga menimbulkan kegoncangan hati seseorang dan kegoncangan itu seringkali dapat menimbulkan kesadaran orang tersebut.

 

b.     Kejahatan, Mereka yang hidup dilembah dosa seringkali guncangan batin dan merasa berdosa. Dan perasaan itu mereka tutupi dengan perbuatan jahatnya dan seringkali pula perasaan yang fitri menghantui dirinya, yang kemudian membuka kesadarannya untuk bertobat, yang pada akhirnya  akan menjadi penganut agama yang fanatik dan taat.

 

 

E.      Masalah Yang Di Hadapi Pada Masa Dewasa

Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut;

a.       Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan di ambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.

b.      Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.

c.       Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.

BAB III

PENUTUP

 

A.     KESIMPULAN

Kemantapann jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka seudah memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-nilai tersebut tekah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, sikap keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Seandainya terjadi perubahan, mungkin proses itu didasaarkan atas pertimbangan yang matang. Jika nilai-nilai gama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup, sikap keberagamaan tersebut akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka

 

Elizabeth B Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian antara lain sebagai berikut.

1.      Masa dewasa awal (masa dewasa dini)

2.      Masa dewasa madya (middle adulthood)

3.      Masa usia lanjut (masa tua)

 

Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap keberagamaan pada orang dewasa dan antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1.      Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.

2.      Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikapa dan tingkah laku.

3.      Bersikap [ositif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.

4.      Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan  tanggung jawab diri hingga sikap keberagaamaan  merupakan realisasi dari sikap hidup.

5.      Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

6.      Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani

7.      Sikap keberagamaan cenderung mengarang pada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami, serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

8.      Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

 

Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut;

a.     Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan di ambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.

b.     Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten.

c.     Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.

 

Dalam menuju kematangan beragama, terdapat beberapa hambatan. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya hambatan itu antara lain.

1.     Faktor diri sendiri (intern)

2.     Faktor Luar (ekstern)

 

Faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan dari luar

1.   Musibah, seringkali apabila musibah yang datang sangat serius sehingga menimbulkan kegoncangan hati seseorang dan kegoncangan itu seringkali dapat menimbulkan kesadaran orang tersebut.

2.   Kejahatan, Mereka yang hidup dilembah dosa seringkali guncangan batin dan merasa berdosa. Dan perasaan itu mereka tutupi dengan perbuatan jahatnya dan seringkali pula perasaan yang fitri menghantui dirinya, yang kemudian membuka kesadarannya untuk bertobat, yang pada akhirnya  akan menjadi penganut agama yang fanatik dan taat.

 DAFTAR PUSTAKA

 

Desmita, 2005, Psikologi Perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Muhibbin syah, 2010, Psikologi Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya: Bandung.

Jalaluddin dan Ramayulis, 1998, Pengantar Ilmu Jiwa Agama,  Kalam Mulia: Jakarta Pusat.

Sururin, 2004 Ilmu Jiwa Agama, Raja Grafindo Persada:Jakarta.

Bambang Syamsul Arifin, 2008, Psikologi Agama, Pustaka Setia:Bandung

 

 

 

 

 



[1] Djalaluddin,Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia 1998), h, 71

[2] Bambang syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung, Pustaka Setia 2008), h. 117

[3] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Rajagrafindo persada, Jakarta 2004), h. 83

[4] Ibid, h.84

[5] Ibid, h.84

[6] Ibid, h.84

[7] Ibid, h.84

[8] Ibid, h.90

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAKWAH BANJAR | هذا من فضل ربي