PEMBAHASAN
Model Konsep
Kurikulum
Kurikulum mengalami perkembangan sejalan dengan
kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan
kurikulum dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktek pendidikan serta
variasi aliran – aliran atau teori pendidikan yang dianut.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan
kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa.
Kemudian pemahaman mengenai kurikulum mengalami perkembangan bahwa kurikulum
adalah pengalaman belajar. Hal tersebut dikemukakan oleh beberapa pakar di
bidang pendidikan, diantaranya :
1. Ronald C.Doll, mengemukakan bahwa pengalaman merupakan
cakupan yang luas. Pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, rumah
ataupun masyarakat, berkenaan langsung dengan pelajaran atau tidak. Hal
tersebut mencakup berbagai upaya guru dalam terwujudnya pengalaman belajar
dengan berbagai fasilitas pendukungnya.
2 .Mauritz Johnson berpendapat bahwa pengalaman belajar
akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Interaksi tersebut bukan kurikulum, melainkan pengajaran. Kurikulum hanya
menggambarkan atau mengantisipasi hasil pengajaran.
3.
Mac. Donald
mengemukakan empat subsistem dalam sekolah, yaitu :
-Mengajar, merupakan kegiatan atau perlakuan profesional
yang dilakukan oleh guru.
-Belajar, merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh
siswa sebagai respon terhadap kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh
guru.
-Pembelajaran, kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan
dengan interaksi belajar mengajar.
-Kurikulum, merupakan suatu rencana yang memberi pedoman
dalam proses belajar mengajar.
4.
Robert S.
Zais mengemukakan bahwa kurikulum bukan hanya rencana tertulis bagi pengajaran,
melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi di kelas yang memberi pedoman
dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.
5.
Hilda Tabba
mengemukakan pendapat bahwa perbedaan kurikulum dan pengajaranbukan pada
implementasinya, melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum adalah tujuan
jangka panjang, sedangkan pengajaran adalah tujuan jangka pendek.
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam
teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada
tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi.
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai
suatu substansi:
Suatu kurikulum,
dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di
sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu
kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang
tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu
kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil
persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan
pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup
tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b.
Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun
suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyem purnakannya. Hasil dari
suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari
sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan
bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan
kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan
sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep
dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan
penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya
dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli
teori kurikulum juga dituntut untuk:
1. Mengembangkan
definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
2. Mengadakan
klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan
baru,
3. Melakukan
penelitian inferensial dan prediktif,
4. Mengembangkan
sub subteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.
B. Macam-macam
Model Konsep Kurikulum
1. Kurikulum Subjek
Akademis
Kurikulum subyek akademik, merupakan model
konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri,
kurikulumnya boleh dikatakan mirip dengan model ini. Sampai sekarang, walaupun
telah berkembang model-model lain, tetapi kebanyakan sekolah tidak dapat
melepaskan diri dari model ini. Kurikulum ini menekankan isi atau materi
pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah,
praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain.
Ditinjau dari isinya, Sukmadinata (2005:84)
mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi empat kelompok besar.
1. Correlated curriculum. : Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan
antara organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari suatu pelajaran
dengan pelajaran lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial dari setiap mata
pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang lingkup
materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan pada konsep pedagogis
dan psikologis yang dipelopori oleh Herbart dengan teori asosiasi yang
menekankan pada dua hal, yaitu konsentrasi dan korelasi (Ahmad:1998,131).
2. Unified atau concentrated curriculum : Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini
sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai
macam tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam
tema-tema pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat
pada pembelajaran yang sifatnyatematik.
3. Integrated curriculum : Pola
organisasi kurikulum ini memperlihatkan warna disiplin ilmu. Bahan ajar
diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan
unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antarpelajaran serta berbagai kegiatan
siswa.Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai
pemahaman suatu materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada
siswa harus memenuhi kebutuhan hidup di lingkungan masyarakat. Ahmad (1998, 39)
menyampaikan ciri-ciri kurikulum ini sebagai berikut.
a. Unit haruslah
meruapakan satu kesatuan yang bulat dari seluruh bahan pelajaran.
b. Unit didasarkan
pada kebutuhan anak, baik yang pribadi maupun sosial serta yang bersifat
jasmani maupun rohani.
c. Unit memuat
kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
d. Unit memberikan
motivasi sehingga anak dapat berkreasi.
e. Pelaksanaan unit
sering memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan percobaan atau
perolehan pengalaman yang membutuhkan waktu lama.
4. Problem solving curriculum,
yang berisi pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai
disiplin ilmu. Pada kurikulum model ini, guru cenderung lebih banyak dimaknai
sebagai
seseorang yang harus ”digugu” dan ”ditiru”. Menurut Idi
(2007:126), ada empat cara dalam menyajikan pelajaran dari kurikulum model subjek
akademis.
1. Materi
disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan dari yang lebih
mudah hingga ke materi yang lebih sulit.
2. Penyajian
dilakukan berdasarkan prasyarat.
3. Pendekatan yang
digunakan cenderung induktif, yaitu disampaikan dari hal-hal yang bersifat umum
menuju kepada bagian-bagian yang lebih spesifik.
4. Urutan penyajian
bersifat kronologis.
Kurikulum ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep
pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu
pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir
terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan
budaya tersebut kepada generasi berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih
mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih bersifat
intelektual.
2.
Kurikulum
Humanistik
Model kurikulum ini menekankan pada pengembangan
kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi
intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan
kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dan pembelajarannya
berpusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif
mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini.
1. Karakteristik
Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik
memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan
humanis, diantaranya adalah:
- Adanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa
Untuk membangun suasana belajar yang baik, hubungan antara guru dan siswa harus
pula dibangun seharmonis mungkin, sehingga guru tidak terkesan menakutkan,
karena pengaruh psikis sangat mempengaruhi daya tangkap siswa dalam belajar,
jika kita lihat fenomena pembelajaran disekolah, ada istilah guru killer
ataupun dosen killer, ini merupakan bukti bahwa ternyata masih ada dalam proses
pembelajaran yang mana guru atau dosen yang ditakuti oleh para siswa atau
mahasiswa, dan berimplikasi terhadap daya tangkap siswa.
- Integralistik : Maksudnya
adalah dalam kurikulum humanistik menekankan kesatuan perilaku bukan saja yang
bersifat intelektual ( Kognitif) tetapi juga emosional dan tindakan, ini
merupakan komitment dari pendidikan humanis yang mana berupaya untuk
mengembalikan pendidikan kepada realitas sosial.
- Totalitas : Maksudnya adalah kurikulum
humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh ( totalitas ) ,
bukan terpenggal – penggal ( parsial )
- Model Evaluasi :
Tidak ada kriteria pencapaian Seperti
yang dijelaskan diatas bahwa kurikulum menekankan totalitas, oleh karena itu
dalam model evaluasi yang dilakukan tidak ada kriteria pencapaian, karena
kurikulum ini lebih menekankan proses bukan hasil, jika kita melihat fenomena
UNAS dalam pendidikan kita di Indonesia, kriteria pencapaian yang diformat
dalam UNAS sangat tidak humanis, karena hanya menitik beratkan kepada aspek
kognitif sehingga keberhasilan pendidikan hanya di nilai dari angka bukan
sikap, walaupun dalam KTSP format penilaian menggunakan aspek sikap. Tentunnya
hal ini bertentangan dengan pendidikan humanis yang berorientasi terhadap
pengembangan potensi manusia.
3. Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Model kurikulum ini lebih memusatkan
perhatiannya pada problema-problema yang ihadapi dalam masyarakat, kurikulum
ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan
bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegatan bersama, interaksi,
dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha
memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju
pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu
bagaimana berartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
1. Asumsi. : Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosisla adalah mengahadapkan
para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia.
2. Masalah-maslah sosial yang mendesak.
Kegiatan belajar
dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
3. Pola-pola organisasi.
Pada tingkat sekolah menengah, poal organisasi kurikulum
disusun seperti sebuah roda. Ditengah-tengahnya sebagi poros dipilih sesuatu
maslah yang menjadi gtema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama
dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok,
latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kegiatan
kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatavn jari-jari tersebut dirangkum
menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.
Pola desain kurikulum rekonstruksi social
a). Komponen –
komponen Kurikulum Rekonstruksi sosial
a. Tujuan dan isi Kurikulum
Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan adalah 1. Mengadakan survai 2. Mengadakan study tentang
hubungan sebuah program 3. Mengadakan study latar belakang 4. Mengkaji praktek
program 5. Memantapkan rencana 6. Mengevaluasi semua rencana.
b. Metode
Dalam pengajran rekonstruksi social para pengembang kurikulum berusaha mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Kerja sama
antara individu dalam kegitan kelompok, maupun kelompok dalam kegiatan pleno
sangat mewarnai metode rekonstruksi social.
c. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan akan tetapi evaluasi tidak
hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh
kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut
perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
b). Pelaksanaan Pengajaran Rekonstruksi Sosial
Pengajaran
rekonstruksi social banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum
maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini
diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat mereka. Sesuai dengan
potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi
tersebut, bengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan
potensi tersebut. Di daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang
pertanian dan peternakan, di daerah industry mengembangkan bidang-bidang
industry. Paulo freize adalah tokoh yang banyak memberikan kontribusi baik
teori maupun praktek dalam pengajaran rekonstruksi social. Di daerah Amerika
latin memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakan gerakan budaya
akal budi (conscientization). Gerakan ini adalah merupakan suatu proses
pendidikan atau pengajaran di mana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima
tetapi sebagai pelajar yang aktif. Mereka berusaha membuka diri, memperluas
kesadaran tentang realitas social budaya dan dengan segala kemampuannya
berupaya mengubah dan meningkatkannya. Sekolah berusaha memberikan penerangan
dan melatih kemampuan untuk melihat dan mengatasi hanbatan-hambatan yang
dihadapi, meningkatkan kemampuan memcahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Dengan gerakan ini mereka membantu masyarakat memahami fakta-fakta dan
masalah-masalah yang dihadapinya dalam konteks kondisi masyarakat mereka.
Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecendrungan (trends)
perkembangan. Kecendrunagn utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai
dampaknya terhadap kondisi ekonomi, politik, social dan budaya. Dalam
perkembangan social yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah perkembangan
manusia, baik mengidentifikasikan dan menganalisis kecendrungan-kecendrungan
tersebut diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu. Dalam pemecahan
problemlema social dan membuat kebijaksanaan social diperlukan musyawarah
dengan warga masyarakat.
Pandangan rekonstruksi social berkembang karena keyakinannya pada kemampuan
manusia untuk membangun dunia yang lebih baik.. juga penekanannya tentang
peranan ilmu dalam memcahkan masalah-masalah sosial.
4. Teknologi
dan Kurikulum
Perkembangan tehnologi mempengaruhi setiap
bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu tehnologi
telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah tehnologi
sederhana sepert penggunaan apan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan
grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang
digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead
projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajar, komputer, CD-Room, and
internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum
kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
A.
Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik,
kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi.
B. Metode
yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi
terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang
diharapkan, respons tersebut diperkuat.
Pembelajaran pada awalnya bersifat individual,
tiap eserta didik menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan
maju sesuai kecepatan masing-masing, pada saat tertentu ada tugas-tugas yang
bersifat kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas
tujuan-tujuan dari program pembelajaran (pembelajaran tuntas).
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah
sebagai beikut:
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pembelajaran
3. pengetahuan tentang hasil
a.
Organisasi Bahan Ajar
Bahan ajaran atau kompetensi yang luas/besar
dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan
obyektif.
b.
Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada setiap saat,
pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi
ini adalah; sebagai
umpan balik bapesrta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan
pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau
semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum
untuk penyempurnaan kurikulum.
A. Kesimpulan
Macam-macam Model Konsep Kurikulum
1.
Kurikulum subjek akademis
Ditinjau dari isinya, Sukmadinata mengklasifikasikan
kurikulum model ini menjadi empat kelompok besar.
1. Correlated
curriculum.
2. Unified atau concentrated curriculum
3. Integrated
curriculum
4. Problem
solving curriculum
2.
Kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik
memiliki beberapa karakteristik yang tidak lepas dari karakteristik pendidikan
humanis
3.
Kurikulum
rekonstruksi sosial
1. Asumsi.
2. Masalah-maslah sosial yang mendesak.
3. Pola-pola organisasi.
4.
Teknologi
dan kurikulum
Ada beberapa ciri dari kurikulum
kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a.
Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik,
kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi.
b.
Metode
c.
Organisasi Bahan Ajar
d.
Evaluasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar