A.
Latar Belakang
Tidak dapat
dipungkiri kapan filsafat modern dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai
sejak adanya krisi zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15),
yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance yang artinya lahir kembali. Dengan bergulirnya zaman
dan terus abad berganti abad yang diisi dengan berbagai macam ragam filsafat
sampai kepada abad ke-18 dan abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran :
Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme, Positivisme, Evolutionisme, Idealisme
(Jerman), Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup,
Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
Dalam pembahasan makalah
ini kami akan mengangkat pembahasan tentang Filsafat Abad Ke-19 dan ke-20 yang
berisi tentang aliran filsafat Idealisme Jerman, Neo-Kantianisme, Filsafat
Hidup dan Neo-Thomisme.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum yang diberikan oleh dosen pengajar
Bapak Hamlan, S. Ag. dan agar penulis lebih memahami tentang Filsafat Umum.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis
mengambil metode kepustakaan yakni mengumpulkan buku-buku yang diperoleh dari
perpustakaan.
BAB II
FILSAFAT ABAD KE - 19 DAN 20
A. Filsafat
Abad Ke-19
Pada abad ke 19 (1770 –
1900), ilmu - ilmu pengetahuan berhasil memperoleh hukum-hukum yang pasti,
tetap, dan kekal. Namun metafisika ternyata tidak mendapat hasil yang tetap
disebabkan karena aliran-aliran lain selalu menentang sifat-sifat objektif pasti
dan umum. Ilmu pengetahuan tak dapat dijelaskan oleh rasionalisme dan
empirisme. Maka untuk membela kepastian ilmu tata kesusilaan dan ke agamaan,
mengajukan persoalan kritis mengenai kekuatan manusia.
B. Filsafat Abad Ke-19
Sekitar tahun 1900
pemikiran filsafat berganti haluan, pandangan dunia yang, materialitas dan
mechanistis ditinggalkan. Metode positip dan filsafat dan ilmu-ilmu kebudayaan
diganti dengan metode analisis dan keyakinan bahwa ilmu-ilmu alam tidak dapat
memberikan penjelasan yang lengkap dari seluruh kenyataan yang makin kuat.
Sifat-sifat filsafat abad
ke- 20 adalah lawannya dari sifat-sifat filsafat abad ke- 19 yang anti
posibivistis, tidak mau bersistem, realities, menitik beratkan pada manusia,
prulalistis (lawannya monistis) yang menyatakan bahwa semua adalah satu
contohnya filsafat abad ke- 19 dan ke- 20 tanotisme dan filsafat manotis
(saluran antara latermenesme dengan beterkanesme).
C. Idealisme Jerman
Adanya idealisme jerman
ditandai dengan timbulnya cara berfikir yang “hustoris” dan “dialektis sehingga
kemajuan ilmu-ilmu alam membawa kearah yang positif.
Tokoh-tokoh Idealisme Jerman
diantaranya :
1. FIEHTE (1762 – 1814)
Menurut johan Gottlieb
Feite dasar realitas adalah kemauan manusia. Sedangkan menampakkan ialah
sesuatu yang ditanamkan oleh roh absolute sebagai penampakan kemauan roh
absolute yang di maksud ialah sesuatu yang ada di belakang kita yaitu tuhan.
Filsafat Bagifeite adalah filsafat hidup yang
terletak pada pemilihan antara moral Idealisme dan moral materialisme.
Idealisme adalah kehidupan yang bergantung pada diri sendiri. Sedangkan
subtansi/moral materialisme adalah naluri, kenikmatan yang tak bertanggung jawab
pada keadaan.
Menurut Friedrich Wilhelm
Joseph Schelling, realitas adalah edintik dengan gerakan pemikiran yang
berevolusi secara dealrektis. Filsafat Schelling berkembang melalui 5 tahap
yaitu :
a.
Idealisme subjek, yaitu mengikuti pemikiran Fichate
b.
Filsafat alam, yaitu menerapkan prinsip atraksi dna repulse
dalam berbagai problem filsafat dari saint.
c.
Idealisme transedental/ idealisme objektif, yaitu tentang
memperhatikan pendapatannya.
d.
Filsafat idealisme yaitu sebagai idealisme semua individu isi
alam.
e.
Filsafat positif yaitu menemukan nilai mitologi (mengakui
perbedaan yang jelas) antara Tuhan dan alam semesta.
2. HEGEL
(1770-1831)
Idealisme jerman memuncak
pada masa George welhwm Friedrich Hegel. Dia disebut sebagai filosof terbesar
abad ke- 19. Pusat Filsafat Hegel adalah konsep-geist (roh, spirit).
Seperti telah diuraikan
dalam bab sebelumnya filsafat Kantmemuat kritikdan sekaligus atau seluruh
Filsafat sebelumnya. Pertikaian antara Rasionalisme dan imperisme ditangani
kant dengan kritisismenya yang memberi tempat pada unsur Hapostriori dan unsure
Apriori dalam pengetahuan.
Namun dalam Filsafat Kant
tampak pada peranan unsur Apriori lebih besar dibandingkan unsur Hapostriori
makin tinggi tingkatan pengetahuan makin berkurang peran unsure Hapostriori
dengan demikian tidak mengherankan bila didalam sejarah filsafat pada abad ke-
19 muncul suatu aliran pemikiran baru yaitu Idealisme Jerman aliran yang
berasal dari Jerman ini sehingga disebut Idealisme jerman pada dasarnya
pemikiran kant subjek lah yang berperan dalam pembentukan dan memberi struktur
pada rialitas dengan kata lain seluruh rialitas bersifat subjektif sebab
keberadaannya bergantung kepada kesadaran subjektif bukan kepada Rialitas itu
sendiri.
Demikian ajaran pokok dari
para penganut Idealisme Jerman pada umumnya meskipun system mereka berbeda-beda
karena masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda tentang subjektif
absolute
-
Fichts (1762-1814) menyebutkan “kata absolute”
-
F.w.j Schelling (1775-1854) menyebutkan “Identitas absolute”
-
G.W.F. Hegel (1770-1831) menyebutkan memakai istilah ROH
Absolute/Ide dalam sistem Fichts moralitas dan sejarah menjadi tema utama dalam
pemikirannya. Schelling memekakan pada unsur seni dan mistik sedangkan Hegel
pada Rasio dalam bayang-bayang Idealisme Jerman posisi Schopenhauer (1788-1860)
memerlukan catatan tersendiri pada abad 19 ini.
D. Neo- Kantialisme
Setelah Materialisme
pengaruhnya merajalela, pada murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof
Jerman yang tidak puas terhadap Materialisme, Positivisme, dan Idealisme.
Mereka ingin kembali ke filsafat kritis, yang bebas dari spekulasi Idealisme dan
bebas dari dogmatis Positivisme dan Materialisme. Gerakan inilah disebut
Neo-Kantianisme, sebagai tokohnya : Wilhelm windelband (1848-1915), Herman
Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-1924), Heinrich Reickhart (1863-1939).
Herman Cohen memberikan
titik tolak pemikirannya mengemukakan bahwa keyakinannya kepada otoritas akal manusia untuk mencipta.
Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan ‘ada’ apabila
terlibat dahulu dipikirkan. Artinya, ‘ada’ dan ‘dipikirkan’ adalah sama
sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan, menurut
pendapatnya, bukan sebagai person tetapi sebagai cita-cita dari seluruh
perilaku manusia.
E. Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini lahir
akibat dari reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan toknologi yang
menyebabkan industralisasi semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pemikiran
manusia. Peranan akal pikir hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun
suatu sintesis baru. Bahkan alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin,
yang tersusun dari beberapa komponen, dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya.
Tokohnya adalah
Henry Bergson (1859-1941). Pada mulanya ia belajar matematika dan fisika,
karena ia mempunyai kepandaian menganalisis muncul masalah baru dalam
pikirannya. Yaitu, ia dihadapkan pada masalah metafisika yang tidak tampak dan
tempatnya di belakang ilmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia terjun ke
dalam bidang filsafat.
Pemikirannya,
alam semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya
tidak sesuai dengan keadaan tidak sama. Sehingga melahirkan akibat-akibat
dengan spektrum yang baru. Hanya ada beberapa saja yang berhasil dapat
membentuk suatu organisme yang kreatif yang sesuai dengan hukum alam. Salah
satunya adalah manusia dengan intelektualnya, dan mengapa manusia dapat lolos
dari seleksi alam? Karena dalam eksistensinya, manusia mempunyai daya hidup (elan
vital). Dengan adanya elan vital tersebut diharapkan manusia akan
mampu melahirkan segala tindakannya.
Pemikiran
filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi dari Positivisme, Materialisme,
Subyektivitas, dan Relavitisme. Kemudian ia mengupayakan, dengan melalui yang
positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang mutlak dalam pengetahuan
matefisika. Ia mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak.
John Dewey
(1859-1952)
Ia lahir di
Brulineton, dan sekaligus menjadi guru filsafat.
Pemikirannya, tugas filsafat
adalah memberikan pengaruh dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat
tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan
demikian, filsafat harus berasaskan pada pengalaman, kemudian mengadakan
penyelidikan, mampu memberikan suatu sistem norma-norma dan nilai-nilai.
F. Neo-Thomisme
Pada pengetahuan
abad ke- 19, di tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme,
yaitu aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Pada mulanya di kalangan
gereja terdapat semadam keharusan untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian
akhirnya menjadi suatu paham Thomas, yaitu : pertama: paham yang
menganggap bahwa tujuan Thomas sudah sempurna. Sebagai tugas kita adalah
memberikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua, paham yang
menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna akan tetapi masih
terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. Sehingga sekarang perlu
diadakan penyesuaian sehubungan dengan pekembangan ilmu pengetahuan Thomas
harus diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajaran betul-betul
sempurna.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Idealisme jerman memuncak pada masa George welhwm Friedrich
Hegel. Dia disebut sebagai filosof terbesar abad ke- 19. Pusat Filsafat Hegel
adalah konsep-geist (roh, spirit).
2.
Banyak filosof Jerman yang tidak puas terhadap Materialisme,
Positivisme, dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis, yang bebas
dari spekulasi Idealisme dan bebas dari dogmatis Positivisme dan Materialisme.
Gerakan inilah disebut Neo-Kantianisme, sebagai tokohnya : Wilhelm windelband
(1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), Paul Natrop (1854-1924), Heinrich
Reickhart (1863-1939).
3.
Filsafat hidup adalah aliran filsafat yang lahir akibat dari
reaksi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan toknologi yang menyebabkan
industralisasi semakin pesat.
4.
Pada pengetahuan abad ke- 19, di
tengah-tengah gereja Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti
paham Thomas Aquinas.
5.
Pertama: paham yang
menganggap bahwa tujuan Thomas sudah sempurna. Kedua, paham yang
menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna akan tetapi masih
terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Asmoro. 2003. Filsafat Umum. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Frasetya, 1997. Filsafat Pendidikan .
Bandung : Pustaka Setia.
Syadali Ahmad. Drs.H,MA. Mudzakir. Drs. 1997. Filsafat
Umum. Bandung : Pustaka Setia.
gn:jus< � ; e �We �e :
18.0pt;line-height:150%'>Neo-platonisme dengan unsur-unsur tersebut datang
dan bersatu dengan kaum muslimin melalui aliran masehi timur dekat, tetapi
dengan baju lain, yaitu tasawuf timur dan pengakuan akan keesaan Tuhan, yang
pertama dengan ketunggalan yang sebenar-benarnya.
Perbeadaan neo-platonisme dengan aliran iskandari yang berkembang sejak
pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7 ialah:
Neo-Platonisme
|
Aliran
Iskandariah
|
1. berkisar
pada segi metafisika pada filsafat yunani yang mungkin dalam beberapa hal
berlawanan dengan agama masehi.
2. lebih
banyak mendasarkan pikirannya pada seleksi dan pemaduan
|
1. lebih
condong kepada matematika serta ilmu alam, meninggalkan lapangan metafiika,
dan tidak berlawanan dengan agama masehi.
2. lebih
banyak membuat ulasan-ulasan terhadap pikiran-pikiran filsafat.
|
Platinus
adalah tokoh yang terpenting. Ia mendasarkan atas dua dialektika (dua jalan),
yaitu:
-
Dialektika menurun
-
Dilektika menarik
Dialektika menurun digunakan untuk menjelaskn wujud
tertinggi (the Highest Being, atau the First, atau At-Tabiatul-ula, atau
Wujudul Awwal) dan cara keluarnya alam dari-Nya.
Dengan penjelasan terhadap wujud tertinggi itu
Platonus terkenal dengan teorinya Yang Esa atau Esanya Platonus. Dengan penjelasan kedua, yaitu
keluarnya alam dari Yang Esa, ia sampai kepada kesimpulan bahwa semua wujud,
termasuk didalamnya wujud pertama (Tuhan), merupakan rangkaian mata rantai yang
kuat erat, dan terkenal dengan istilah kesatuan wujud (wihdatul-wujud).
Pada akhir masa kuno. Neo-platonisme merupakan
aliran intelektual yang dominan di hampir seluruh wilayah Hellenistik, sehingga
seakan-akan neo-platonisme bersaingan dengan pandangan dunia yang berdasarkan
agama kristen. Perhyrios (232-301 M) murid platinus menulis suatu karya yang
dengan tajam menyerang agama kristen.
Namun pada tahun 529 M kaisar Jurtianus dari
Byzantium pelindung agama kristen menutup semua sekolah filsafat Yunani di
Athena. Peristiwa itu diangagap sebagai akhir masa yunani purba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar